Embung Glagah Mengering, Petani Kelimpungan
Sabtu, 08 Agustus 2015 21:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
(Purwosari) – Embung Glagah di Dukuh Glagah, Desa/Kecamatan Purwosari, saat ini sudah mengering. Padahal, embung itu sedianya difungsikan untuk persediaan air selama musim kemarau untuk pengairan persawahan di sekitarnya.
Embung Glagah itu berada di dekat kawasan hutan Tobo, masuk wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Padangan. Akan tetapi, sejak memasuki musim kemarau kondisi embung Glagah memang tidak bisa diharapkan. Kondisi embung itu menyusut dan mengering. Bahkan, dasar embung itu terlihat merekah retak-retak dan banyak tumbuhan liar.
Menurut Rakiman, 56, petani di Dusun Glagah, kondisi embung Glagah seluas tiga hektare itu mengalami pendangkalan parah. Beberapa tahun lalu, kata dia, dasar embung itu telah dikeruk untuk mengurangi pendangkalan. Akan tetapi, embung itu tetap tidak bisa menampung air saat musim hujan dan digunakan saat musim kemarau.
Menurutnya, sekitar 300 hektare lahan pertanian di sekitar Dusun Glagah dan sekitarnya sebenarnya mengandalkan pengairan dari embung Glagah. Sebagian petani menanam padi dan lainnya menanam jagung dan kacang tanah. “Akan tetapi karena kekurangan air, tanaman padi yang terlanjur ditanam banyak yang mengering,” ujarnya. (rul/kik)