Merasa
Senin, 08 Oktober 2018 08:00 WIBOleh Dr Hj Sri Minarti, M.Pd.I
Oleh Dr Hj Sri Minarti, M.Pd.I
Ada seorang laki laki ku sebut si A yang duduk di tepi pantai, sambil memandang keindahan ciptaan yang kuasa, di tempat yg tidak terlalu jauh duduk pula laki laki (si B) dan perempuan berdekatan yang di sampingnya ada botol berisi minuman.
Dalam hati si A bergumam, alangkah dosanya si B itu, duduk dengan perempuan beserta minuman keras, berarti aku lebih alim dan lebih mulya karena tidak berbuat maksiat seperti si B.
Tidak jauh dari tempat duduknya si B, ada perahu yang terbalik dan enam penumpangnya semua tercebur, dengan sigap si B langsung berenang dan menolong, cuma masih ada 1 yang tertinggal belum bisa ditolong.
Si B ngomong pada si A, hai orang alim, tolonglah orang yang satu itu, saya sudah menolong lima tinggal satu itu jatahmu, si A yang dipanggil orang alim tersebut tidak dapat berenang, jadi tidak dapat menolong, akhirnya si B mencebur lagi untuk menolong yang satu.
Setelah proses penyelamatan, si A dan si B berkenalan, kata si B; kenalkan nama saya si B dan ini ibu saya, bila kau mau minum ini air mineral untuk kesehatan.
Si A terasa di sambar petir, awalnya ia merasa lebih baik, lebih hebat, lebih alim dari orang yang dilihatnya sesaat, ternyata belum ada apa apanya, antara perbuatan dan perilakunya bila di banding dengan si B, setelah itu ia menyadari bahwa berprasangka dan merasa lebih baik, lebih hebat, dan lebih lebih dari orang lain merupakan penyakit hati yang harus disembuhkan atau diobati oleh diri sendiri, karena kalau dibiarkan bisa menghalangi sampainya amal ibadah manusia padaNya.
Selalu mohon padaNya agar hati dan pikiran senantiasa dibimbing untuk dapat berpikir positif serta berprasangka baik dan berusaha menepis perasaan *merasa* paling dari yg lainnya
Ya Allah ampunilah kekhilafan kami, Aamiin
Seoga bermanfaat
Bojonegoro, 6 Oktober 2018. (*/kik)