Bayang - Bayang Cahaya dan Puisi
Kamis, 29 Oktober 2015 09:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
PUISI adalah bahasa kalbu. Membuat atau membaca puisi adalah membuka pintu hati selebar-lebarnya. Misbahul Munir nama lelaki ini. Dia mengungkapkan seluruh unek-unek hatinya lewat tarian jemarinya hingga berhasil menggondol juara satu lomba cipta puisi dalam rangka bulan bahasa oleh Hima Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) IKIP PGRI Bojonegoro yang diadakan sekitar sepekan lalu.
Misbahul Munir masih muda, umurnya dan juga semangatnya. Dia asli Tuban, Bangilan Tepatnya, ia santri Pesantren As-Salam yang kesohor itu. Dia kini sering bolak-balik Tuban Bojonegoro untuk kuliah. Tapi kini dia harus menginjakkan kaki di Bojonegoro hampir tiap hari.
Awal mula kecintaannya pada menulis puisi berawal dari kisah patah hatinya. Pada akhir SMP, bertahun-tahun yang lalu, lelaki yang akrab dengan nama pena Ikal Noor Hidayat ini menjalin cinta dengan seorang gadis yang dipanggilnya Cahaya. Kisah cintanya harus berakhir ketika sang pujaan hati memutuskan untuk pindah ke kota sebelah.
Pada masa kegalauan inilah, Ikal mendaras sebuah buku berjudul Laila Majnun, sebuah karya legendaris karya Syaikh Nidzami. Ikal begitu tersihir oleh kisah cinta Qois, tokoh dalam buku puitis itu. Qois yang harus menderita hanya untuk bersama Laila. Hingga akhirnya cinta mereka tak bersatu. Mereka mati. Mereka meninggalkan puisi.
Ikal yang ikut merasakan penderitaan Qois ini mulai menata jeritan hatinya dengan kata-kata. Rasa cinta dan sakit itu menjadi satu. Walaupun kata-katanya masih terbatas, dia tak menyerah.
Hingga Ikal mendapat beasiswa penuh di LIPIA Jakarta. Di sana semua kegiatan harus menggunakan bahasa Arab, hingga Ikal merasa jenuh, dan mulai menikmati membaca karya-karya penulis Indonesia seperti Habbiburahman Saerozy (penulis Ayat-Ayat Cinta), Sungging Raga (penulis muda asal Jogja), Andrea Hirata (penulis tetralogi Laskar Pelangi). Ikal pun masuk di Forum Lingkar Pena, sebuah komunitas yang serius mengasah kepenulisan anggotanya. Di sana dia betul-betul mengasah gaya dan dayanya menulis.
Ikal mengenang, saat itu adalah masa-masa produktifnya. Dia bahkan sampai menggunakan metode mengetik ulang cerpen orang lain. Bisa cerita orang lain berdasarkan versinya atau benar-benar mengetik ulang sebuah karya. Hingga dia berani menulis karya yang plotnya mirip dengan Sungging Raga, karena pada saat itu Ikal tengah membaca karya Sungging Raga, penulis melankonlis penggandrung kereta api itu.
Berteman dengan banyak penulis membuat semangatnya terus bergejolak untuk menulis. Namun inspirasinya selalu hanya Cahaya. Kenangan yang terus dirawatnya hingga melahirkan banyak karya, tak pernah terganti.
Waktu berlalu dan gadis itu telah lewat dari hidupnya, namun Ikal belum bisa beranjak dari rasa cinta tersebut. Pernah Ikal bertemu dengan gadis itu, saat suatu ketika dia sengaja lewat depan cinta terhadap gadis tersebut. Hanya saja, rasanya biasa saja. Bukan gadis itu yang dicintainya. Tetapi gadis yang ada di masa lalunya.
"Saya mencintai bayang-bayang masa lalu dirinya," ujarnya sendu.
Tapi tak apa, toh kegilaannya terhadap Cahaya membuatnya mampu melahirkan dua buku, 11 Keping Cerita dan Kumpulan Puisi kepada Cahaya. Keduanya diterbitkan secara indie oleh Dee Books, penerbit di Jakarta.
Tujuh tahun merantau di Jakarta, Ikal pernah bekerja di berbagai tempat seperti Majalah Pajak, E-dakwah.com, Cek & Ricek. Prestasi Ikal di bidang penulisan antara lain juara 1 Lomba Cerpen KAMMI Komisariat Jakarta, Nominasi pemenang di even Banten Suatu Ketika, beberapa karyanya juga dimuat di media lokal Jawa Barat dan nasional.
Kini dia menjadi mahasiswa yang baik di IKIP PGRI Bojonegoro yang dicintai oleh para dosen dan teman-temannya. Beberapa pekan yang lalu Hima Prodi PBSI IKIP PGRI menggelar lomba penulisan puisi dan cerpen untuk memperingati bulan bahasa, Oktober ini.
Dengan bahasa kalbu, Ikal menulis puisi dan cerpen lalu dia ikutkan di lomba itu. Walhasil, dia memeroleh juara 1 penulisan puisi dan juara 2 penulisan cerpen. Apakah bayang-bayang Cahaya itu masih ada?