Buku Tell Me Your Dream Karya Sidney Sheldon
Kepribadian Ganda dan 3 Wanita Cantik
Rabu, 04 November 2015 18:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Sinopsis
Ada orang yang mengikutinya. la pernah mernbaca tentang penguntit tapi mereka ada di dunia lain dunia yang penuh kekejaman. la tak punya bayangan siapa orang siapa yang mungkin ingin rnencelakainya. la berusaha sebisa agar tak panik tetapi belakangan ini tidur dipenuhi mirnpi-mimpi buruk mengerikan & tiap pagi ia terbangun rnerasa akan ada malapetaka rnenimpanya. Tiga wanita cantik Ashley Toni & Alette dicurigai melakukan pembunuhan berantai yang amat brutal. Polisi menangkap salah satu di antara mereka. Penangkapan ini berlanjut dengan sidang pernbunuhan paling ajaib sepanjang abad & pembelaan yang didasarkan pada bukti medis yang aneh tapi autentik. Cerita bergulir dari London ke Rorna ke Quebec ke San Francisco dengan klimaks yang membuat pembaca terpana, Tell Me Your Dreams Ceritakan Mimpi-mimpimu.
Review
ADA tiga karakter wanita dalam novel ini yaitu Ashley, Toni dan Alette. Ketiganya dicurigai sebagai pembunuh berantai berdarah dingin. Siapakah ketiga wanita cantik itu?
Ashley bekerja di Global Computer Graphics Corporation. Dia adalah wanita cantik, namun dia tidak berkencan dengan siapapun. Dulu dia pernah berkencan dengan Jim Cleary, namun ayahnya tidak setuju. Hingga akhirnya mereka berdua berniat kabur dari rumah. Ashley sudah menunggu berjam-jam Jim di stasiun, namun Jim tak kunjung datang. Setelah itu Ashley dibawa ayahnya pergi ke London.
Toni, wanita berumur 22 yang suka menyanyi. Walaupun ibunya selalu saja mengolok-olok bahwa suaranya jelek. Dia tak pernah berhenti menyanyi. Tetapi Toni, tidak suka dengan pilihan lelaki Ashley dan Allete. Hobinya adalah berselancar di dunia internet. Namun sikapnya terkadang ketus dan sinis.
Allete suka melukis. Dia lahir di Roma. Logat bicaranya beraksen Italia yang melodius. Allete jarang mempunyai teman. Hanya Tonilah teman satu-satunya. Teman berbagi cerita dan masalah-masalahnya. Toni dan Allete suka sekali mengunjingkan Ashley yang menurut mereka, tidak pernah tertawa dan selalu murung seperti Ratu Es.
Namun ketiga karakter ini erat sekali dengan kasus pembunuhan yang brutal. Ketiganya adalah tersangka utama. Mereka memiliki sidij jari yang sama. Lebih tepatnya mereka ada dalam tubuh yang sama
Yak, Ashley dan Toni dan Allete adalah pribadi-pribadi yang tinggal dalam tubuh Ashley. Tentu saja, Ashley menyangkal kalau dia pernah membunuh orang. Memikirkannya saja tidak pernah. Namun semua bukti mengarah padanya.
Ayah Ashhley meminta salah satu pengacara terkenal untuk membantu Ashley. Dan akhrinya Ashley berada di bawah pengawasan psikiater atas kasusnya.
Traumalah yang menyebabkan kepribadian Ashley terpecah. Ashley tak pernah menyangka bahwa ada orang lain yang hidup di dalam tubuhnya. Namun dia harus belajar menerimanya. Para psikiater ini mencoba menolong Ashley dengan menggali keterangan-keterangan dari ketiga kepribadian tersebut. Perlahan namun pasti.
Ketika dalam pengaruh hipnotis, Ashley menceritakan bagaimana alibinya saat kejadian, dan belum selesai, Toni sudah menyerobot masuk menyabotase kesaadaran tubuh itu, Toni pun mengakui bahwa dialah yang telah membunuh para lelaki tersebut. Setiap ada lelaki yang berusaha menyentuhnya dengan paksa, maka Tonilah yang mengambil alih kesadaran dan menghabisi para lelaki itu. Dia tak menyesal telah melakukannya. Baginya hal ini untuk memberikan pelajaran untuk mereka.
Bukan hal yang mudah untuk mengobati jiwa yang sedang luka. Pecahan-pecahan luka itu harus diketahui kemudian baru direncakan pemulihannya. Apalagi ini luka lama yang sudah bertahun-tahun. Pada waktu kecil Ashley selalu mendapat perlakuan tidak menyenangkan, saya menyebutnya demikian, tetapi lebih tepatnya perlakuan yang sangat tidak berkeprimanusiaan dari Ayahnya sendiri. Dan kejadian itu tak hanya sekali atau dua kali tetapi berkali-kali.
Kepribadian manusia itu bersifat kompleks. Sidney Sheldon menunjukkan dengan apik melalui novel Tell Me Your Dream ini. Untuk yang sedang kuliah di jurusan psikologi, sepertinya novel ini recomended.
Walaupun fiksi, setidaknya dengan penggambaran Sidney Sheldon kita akan melihat bagaimana kepribadian lain itu tercipta. Sebab fiksi bukan berangkat dari angan-angan kosong yang hampa makna. Bukankah fiksi adalah cerminan realitas?