Hepatitis , The Silent Killer
Rabu, 16 Desember 2015 16:00 WIBOleh Dr. Achmad Budi Karyono
Oleh Dr. Achmad Budi Karyono
PADA awal bulan ini, puluhan mahasiswa di Bogor dikejutkan oleh ‘wabah’ Hepatitis yang menyerang mereka sampai mengusik institusi serta Kementerian Kesehatan RI. Padahal belum banyak diketahui, bahwa sebenarnya Hepatitis ini selalu ‘berkeliaran’ mengintai mangsa di manapun dan kapanpun bagi mereka yang hidup kurang atau tidak higienis. Bahkan sebenarnya Hepatitis ini lebih menakutkan daripada HIV / AIDS, karena cara penularannya yang sangat mudah dibandingkan HIV / AIDS. Namun hal ini tidak akan terjadi apabila kita semua menjalani pola hidup sehat atau setidaknya menjunjung tinggi higienis diri serta sekitar kita.
Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Saat ini hepatitis yang kita kenal adalah hepatitis A, B, C, D dan E. Yang paling banyak dan berpengaruh terhadap tingginya angka kesakitan, penyebab banyaknya kematian serta keadaan ekonomi masyarakat menengah kebawah yaitu virus hepatitis A, B dan C.
Oleh karena itu kita harus mencermati cara penularan virus hepatitis tersebut agar terhindar darinya. Pertama, Virus yang ditularkan melalui saluran pencernaan yaitu virus hepatitis A, E, yang sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), namun penderita yang terserang dapat sembuh. Hal ini terjadi karena tercemarnya makanan ataupun kurang bahkan tidak higienisnya cara pengolahannya. Terkadang juga peralatan makan yang kita pakai tidak terjaga kebersihannya.
Kedua, virus yang ditularkan secara parenteral, tidak melewati saluran cerna tetapi lewat pembuluh darah atau cairan tubuh yaitu B, C dan D, dimana hepatitis B dan C, dapat menjadi kronis dan menyebabkan kanker hati. Sedangkan hepatitis D sebagai ikutan akan mengenai mereka yang menderita hepatitis B. Hampir semua cairan produk manusia menjadi media penularan langsung hepatitis ini. Oleh karena itu, semua alat kesehatan yang dipakai bersifat disposible atau sekali pakai. Semua obat suntik steril. Begitu juga darah transfusi, sudah dicek sehingga terbebas dari virus hepatitis ini, dengan demikian aman untuk ditransfusikan.
Catatan WHO pada tahun 2012, virus hepatitis telah menginfeksi sekitar 2 milyar orang didunia, lebih dari 350 juta orang diantaranya merupakan pengidap virus hepatitis B kronis, 150 juta penderita hepatitis C kronis, 350 ribu diantaranya meninggal karena hepatitis C setiap tahunnya, antara 850.000-1,05 juta penduduk didunia meninggal dunia setiap tahun yang disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan C.
Indonesia tergolong negara dengan endemis tinggi, sehingga Indonesia merupakan negara dengan pengidap hepatitis terbesar nomor 2 di antara negara se Asia Tenggara. Diperkirakan 9 diantara 100 orang Indonesia terinfeksi Hepatitis B. Estimasi penderita Hepatitis B dan C diperkirakan 25 juta, 50 persennya (12.500.000) diperkirakan akan menjadi chronic liver disease, dan 10 persennya menjadi liver fibrosis dan kemudian akan menjadi liver cancer (1,25 juta).
Hepatitis merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu sebaiknya kita secara bersama sama bahu membahu berupaya dalam pengendalian hepatitis secara serius melalui Gerakan Pemerintah Bersama Masyarakat.Upaya pemerintah terhadap pengendalian hepatitis sudah dilakukan melalui imunisasi hepatitis pada bayi, skrining darah donor. Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk melakukan pengembangan program pengendalian hepatitis agar permasalahan dapat diatasi.
Seluruh jajaran kesehatan akan terus melakukan kampanye guna meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang hepatitis serta terus melakukan kolaborasi dan integrasi program dengan penyakit lainnya. Kemudian melakukan upaya pencegahan secara komprehensif, antara lain Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selanjutnya melakukan skrining pada ibu hamil terintegrasi dengan program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Setiap orang yang melakukan konseling dan tes HIV yaitu perlu juga melakukan pemeriksaan hepatitis. Skrining Hepatitis juga dilakukan pada petugas kesehatan, agar seluruh petugas kesehatan terlindungi dari penularan hepatitis ini. Perlu juga melakukan surveilans penyakit sehingga kita mempunyai data yang baik, dan tahu situasi penyebaran penyakit dan besaran masalah hepatitis.
Dengan sedikit mengetahui penularan dan penyebaran penyakit Hepatitis ini, diharapkan kita lebih bijak dalam menyikapinya, sehingga terhindar dari penularan penyakit yang cukup membahayakan ini. Minimal kita melaksanakan perilaku hidup sehat, lebih selektif terhadap makanan yang kita konsumsi serta meminimalisir kontak cairan dengan yang meragukan kejelasannya, akan terhindar tertularnya hepatitis yang ternyata sangat membahayakan ini. Dengan demikian kita tidak usah terlalu panik dan reaktif terhadap berita wabah yang ada karena kita mengetahui cara menghindarinya, namun perlu lebih mewaspadai. WHO telah menetapkan 28 Juli sebagai hari Hapatitis dunia agar menjadi pengingat ganasnya penyakit ini serta kita lebih peduli mencegahnya. Semoga kita selalu sehat!
*) Sie Pengabdian Masyarakat IDI Cab Bojonegoro.