Satu Keluarga dari Tuban Ikut Gafatar dan Pergi ke Kalimantan
Sabtu, 16 Januari 2016 10:00 WIBOleh Rizha Setyawan
Oleh Rizha Setyawan
Kota - Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) masuk ke wilayah Kabupaten Tuban. Sepasang suami istri warga Jalan Cendana III Nomor 23 RT 08 RW 03 Perumahan Tasikmadu Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten ikut gerakan yang dilarang pemerintah ini.
Sepasang suami istri itu bernama Patria Budi Setyawan (30) dan istrinya Yuanita Wulansari (28), sedangkan anaknya Jessica Avril Setyawardhani (4,5). Mereka meninggalkan rumahnya untuk menuju ke Kalimantan sejak 26 Oktober 2015.
Ibu Yuanita, Tatik Mudiarti (49) mengaku, sebelumnya tidak mengetahui kegiatan Gafatar. Ia baru mengetahui ketika berita Gafatar marak di media massa sejak polisi menemukan dokter Rica yang diduga ikut Gafatar.
“Saya lihat seragamnya (Gafatar) kok sama dengan yang dimiliki anaknya, kegiatannya sama, ada formulirnya juga. Lalu ada ungkapan di sini bakal ada paceklik,” papar Tatik.
Dari kesamaan itu, Tatik curiga kepergian anaknya ke Kalimantan. Ia lalu melaporkan ke aparat kepolisian. Tatik dan anggota keluarganya sebenarnya pernah diajak Yuanita ke Kalimantan. Namun, ia menolak karena saat di Kalimantan kehidupannya lebih enak.
“Anak saya ngajak ke Kalimantan, rumah ini disuruh jual. Dia bilang bekerja di peternakan atau pertanian bersama dengan suami dan cucu saya,” ujarnya.
Selama di Kalimantan, Yuanita masih menghubungi orang tuanya melalui sambungan telepon. Biasanya, mereka menanyakan kondisi dan kesehatan masing-masing. Namun, sejak sebulan ini, tidak ada kabar sama sekali. Tatik dan suaminya tidak bisa menghubungi lagi.
“Saya cuma minta anak dan cucu saya pulang dan tidak ikut gitu-gituan. Bapaknya ini sering nangis kalau ingat Nita dan Avril,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Tatik mengetahui Gafatar sejak lama. Pada bulan Februari 2015, anggota Gafatar dari berbagai daerah pernah menggelar kerja bakti dan bakti sosial di kampungnya. Namun, ia tidak mengetahui misi gerakan itu.
Keikutsertaan anaknya karena dipengaruhi suaminya, Patria. Patria sebelumnya adalah seorang sales oli di Surabaya. Teman patria dari Gresik seringkali ke rumahnya. Sedangkan Yuanita membuka usaha membuat tahu bakso, rolado ikan, siomay, dan pentol gulung. Kini, usaha itu diteruskan oleh kedua orang tuanya.
“Masak dia tidak ingat usahanya di sini dan adiknya yang sakit lumpuh,” tambah Sunarko, ayah Yuanita. (zha/kik)