Novel Unfriend You karya Dyah Rinni
Dampak Bullying Tidak Hanya Korban, Tetapi Juga Pelaku
Minggu, 03 April 2016 19:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Sudah lama saya mengincar novel karya Dyah Rinni sejak lama. Namun baru beberaoa hari yang lalu, tidak sengaja saya menemukannya di salah satu toko buku di Bojonegoro. Unfriend You merupakan novel remaja, namun kisahnya bukan seputar anak SMA atau kisah cinta monyet.
Berawal dari Katrisa yang merasa tertekan karena kehidupan sekolah yang dulunya sangat kental dengan kekerasan, terutama kepada siswi yang dinilai kelas rendah atau cupu. Katrisa beruntung berkawan dengan mataharinya Eglantin High School, Aura dan Melanie. Bersama keduanya, Katrisa merasa hidupnya tak lagi direndahkan.
Namun semuanya berubah dengan hadirnya Priska. Cewek ini dinilai mampu menggeser posisi Katrisa dari angsa menjadi bebek. Katrisa mulai khawatir. Hingga akhirnya Priska malah naksir Jonas, pacar Aura. Aura pun mulai menyusun rencana untuk menghukum Priska.
Katrisa di antara kasihan dan takut. Bila dia membela Priska, Katrisa takut dirinya akan menjadi incaran Aura. Dia tidak berani melawan Aura dengan tindakan brutalnya.
Sampai akhirnya Priska mulai mencoba bunuh diri. Katrisa bersama salah satu kawan terdekatnya, Langit, seorang lelaki yang dinilai Aura tidak selevel dengannya. Langit dan Katrisa memberikan dukungan kepada Priska. Perlawanan ini membuat Aura murka dan mulai menyebarkan kabar buruk tentang Katrisa di sekolah.
Bila membaca cerita Unfriend You, jadi ingat tentang drama korea Boy Before Flower atau Meteor Garden. Di mana terdapat satu geng yang menguasai sekolah. Sama seperti Aura dan gengnya. Mereka mampu menyebar ketakutann ke semua siswa hingga guru pun tidak bisa berkutik tentang hal itu.
Novel ini mengingatkan kita bahwa bullying dekat sekali dengan kita, terutama di sekolah. Remaja perempuan mampu saling mencakar, menjambak, hanya karena berebut pacar atau sebagainya. Tidak hanya konfrontasi secara langsung, terkadang melakukan teror kepada orang lain dan pelaku tidak sadar bahwa mereka melakukan bullying. Termasuk membully nama atau nama orangtua.
Saya mengerti bahwa bullying, korbannya tidak hanya yang dibully, tetapi juga pelaku. Karena pelaku bullying bisa jadi merupakan korban bullying di masa lalu. Bahkan korban bullying bisa melakukan kekerasan lebih parah di kemudian hari.
Untuk itu, bullying harus diminimalisir. Orangtua dan lingkungan harus memberikan dukungan positif kepada korban-korbannya. (ver/tap)