Pedagang Resah Ada Peredaran Daging Celeng
Minggu, 23 Agustus 2015 20:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Purwosari – Pedagang daging di Pasar Tobo Purwosari resah dengan adanya peredaran daging babi hutan (celeng) yang dibongkar oleh polisi. Sebab, temuan peredaran daging celeng itu akan semakin memperpuruk perdagangan daging sapi yang kini sedang lesu di pasaran.
Menurut Edi Sunarko, 56, pedagang daging sapi di Pasar Tobo Purwosari, ia sudah mendengar kabar kalau ada perdagangan daging celeng di pasaran itu. Namun, ia baru memastikan kalau ada perdagangan daging celeng itu sejak ada penangkapan pedagang daging celeng tersebut di Padangan.
“Ternyata memang benar ada daging celeng yang dijual di pasaran,” ujarnya pada BBC, sebutan BeritaBojonegoro.com, Minggu (23/08).
Menurutnya, memang ada pedagang nakal yang mencampur daging celeng itu dengan daging sapi. Para pedagang nakal itu, kata dia, menjual harga daging campuran celeng itu lebih murah ketimbang daging sapi asli. “Daging campuran celeng itu hanya dijual di kisaran Rp60.000 sampai Rp70.000 per kilogram,” ujarnya.
Padahal, kata dia, harga jual daging sapi asli di pasaran saat ini di kisaran Rp97.000 per kilogram untuk daging yang bagus. Sedangkan, daging sapi yang kurang bagus di kisaran Rp85.000 sampai Rp90.000 per kilogram.
Menurutnya, pedagang daging yang sudah lama berdagang akan dengan mudah membedakan daging sapi dengan daging celeng. Daging celeng, kata dia, tekstur dagingnya memiliki serat lebih kasar dan warnanya agak putih. Selain itu, tulang-tulang yang masih menempel di daging lebih kecil. “Rasanya juga tidak enak bila dibandingkan dengan daging sapi,” ujarnya.
Edi Sunarko menuturkan, para pedagang daging sapi di pasaran saat ini memang sedang sulit. Sebab, harga daging sapi terus naik. Akibatnya, penjualan daging sapi seret. Para pembeli daging seperti tukang bakso dan masyarakat biasa kini banyak beralih membeli daging ayam potong karena harganya lebih murah.
Sementara itu, kata dia, sapi-sapi dari daerah Bojonegoro kini banyak yang dikirim ke Jakarta dan Surabaya. Akibatnya, persediaan sapi lokal di Bojonegoro banyak berkurang. Apalagi mendekati Hari Raya Idul Adha banyak yang meminta sapi untuk dikurbankan. (rul/inc)