Hingga Maret, Produksi Kedelai Lokal di Bojonegoro 2.200 Ton
Minggu, 24 April 2016 17:00 WIBOleh Mulyanto
Oleh Mulyanto
Kota - Produktivitas kedelai di Kabupaten Bojonegoro hingga Maret tahun ini baru mencapai 2.200 ton. Jika dibanding jumlah kebutuhan, produksi kedelai tersebut masih belum mencukupi. Sebab, kebutuhan kedelai di kabupaten ini per tiga bulan mencapai 10.500 ton. Akibatnya, untuk menutupi kebutuhan, terutama produsen tahu dan tempe, masih tergantung dengan kedelai impor.
Kepala Bidang Produksi Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro Zaenal Fanani, mengatakan, tahun ini areal tanaman kedelai di wilayah Bojonegoro hanya 1.100 hektare. Tingkat produksi untuk setiap satu hektarnya mencapai 2 ton kedelai. "Ini untuk jenis kedelai lokal," ujarnya kepada beritabojonegoro.com, dua hari lalu.
Dia menyebutkan, kawasan di wilayah Bojonegoro yang sekarang menjadi areal tanaman kedelai adalah Kecamatan Sukosewu, Balen, Sumberrejo, Dander, Kapas, Ngraho, Temayang, dan Padangan. "Untuk kecamatan lainnya masih jarang," imbuh Zaenal.
Karena terbatasnya jumlah kedelai lokal tersebut, maka saat ini produsen tahu dan tempe masih tergantung dengan kedelai impor. "Sebab, selain jumlah persediaan di pasar cukup banyak, kualitasnya juga lebih bagus. Belum lagi ukuran kedelai impor yang lebih besar," jelasnya.
Secara terpisah, salah satu produsen tahu dan tempe, Rizki (46), asal Kelurahan Ledok Kulon, Kota Bojonegoro, mengatakan, saat ini kedelai lokal sulit dicari di pasaran. Dulu di pasar banyak stoknya dan harganya pun tergolong murah. "Sekarang harga kedelai, terutama impor, terus mengalami kenaikan. Kondisi ini cukup menyulitkan kami, para pembuat tahu dan tempe," ujarnya. (mol/tap)