Sumur Tua Wonocolo Jadi Destinasi Wisata Baru
Selasa, 03 Mei 2016 10:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kedewan - Sumur tua Wonocolo di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro dikembangkan menjadi desa wisata minyak dan gas bumi (migas). Sejarah penambangan minyak tradisional di kawasan sumur tua Wonocolo ditambah dengan panorama alam yang memesona menjadi daya tarik tersendiri kawasan ini.
Kegiatan tambang minyak mentah sumur tua Wonocolo ini sudah ada sejak zaman Belanda. Saat itu pengolahan minyak mentah dilakukan oleh perusahaan minyak Belanda. Namun, setelah kemerdekaan kegiatan penambangan sumur minyak tua Wonocolo ini dilakukan oleh penduduk setempat. Mereka mengambil minyak mentah atau biasa disebut lantung itu dari dalam perut bumi menggunakan peralatan sederhana yaitu bor yang ditancapkan ke bawah tanah lalu ditarik menggunakan alat yang memakai mesin diesel. Minyak mentah itu lalu diangkut ke tempat-tempat penampungan sebelum dijual ke Pertamina.
Sejak Rabu (27/04) lalu kawasan sumur tua Wonocolo diresmikan menjadi objek wisata migas oleh Bupati Bojonegoro, Suyoto. Desa wisata migas ini dikonsep mirip seperti kawasan minyak di Texas, Amerika Serikat.
Bupati Bojonegoro, Suyoto mengungkapkan, desa wisata migas Wonocolo ini model unik di dunia dan hanya ada satu-satunya. Menurutnya, tanah di Wonocolo yang berada di daerah gugusan pegunungan Kendeng ini jika dibor di kedalaman 200 meter maka sudah keluar minyak mentah atau lantung.
“Jika ingin melihat atau belajar singkapan lapisan tanah maka bisa melihatnya di kawasan Wonocolo ini,” ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan kajian daerah Wonocolo ini banyak ditemukan fosil darat seperti gajah purba, badak purba, dan lainnya. Sedangkan, wilayah selatan Bojonegoro banyak ditemukan fosil binatang laut. Jutaan tahun yang lalu, kata dia, wilayah selatan Bojonegoro merupakan lautan.
“Di Wonocolo juga ada energi terbarukan yaitu panas bumi. Jika diolah bisa menjadi geotermal. Nah, di Wonocolo kita bisa belajar energi terbarukan dan juga energi tidak terbarukan. Begitu pula, pengolahan minyak mentah di Bojonegoro juga lengkap karena ada yang diolah secara tradisional dan juga ada yang modern,” ungkapnya.
Berkunjung ke kawasan wisata Wonocolo juga aman dan nyaman. Sebab, kegiatan tambang minyak tradisional telah disesuaikan dengan standar keselamatan bagi para penambang dan juga pengunjung yang ingin melihatnya.
Selain aktivitas penambang tradisional, pengunjung juga bisa melihat museum bebatuan yang dibangun di Desa Wonocolo ini. Selain itu, pengunjung juga bisa berkeliling kawasan Wonocolo yang berupa perbukitan dan pegunungan dengan mobil jeep. Menembus hutan dan menyusuri kawasan sumur tua sungguh merupakan pengalaman yang menantang.
Seiring dengan pengembangan desa wisata Wonocolo ini maka pihak Pemkab Bojonegoro, kata Suyoto, terus membenahi fasilitas dan infrastruktur. Kondisi jalan yang dulu berupa batu terjal kini telah diaspal dan dipaving. Selain itu, warga juga mulai mendirikan rumah makan di kawasan Wonocolo.
Sementara itu menurut Direktur Pertamina EP Asset IV, Roni Gunawan, selaku pengelola kawasan sumur tua Wonocolo, mengungkapkan, penambangan sumur minyak tua Wonocolo sudah ada sejak zaman Belanda. Kemudian, kawasan sumur tua ini dikelola oleh penduduk setempat.
“Desa wisata migas Wonocolo ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, juga memberikan pendapatan bagi daerah,” ujarnya.
Ia mengatakan, kawasan Desa Wonocolo sangat menarik. Selain ada aktivitas penambang tradisional, kawasan ini juga berada di daerah perbukitan dan pegunungan Kendeng.
Saat ini ada 720 sumur minyak tua di kawasan Wonocolo ini. Sebanyak 544 sumur minyak baru dan 176 sumur mengantongi izin dari pemilik wilayah kerja. Saat ini, jumlah kondisi perengkek ada 336 orang. (rul/kik)