Catur Setya Darma, Paguyuban Pendekar Silat Desa Sengon
Ingin Berdaya Membangun Ekonomi dan Keamanan Desa
Kamis, 21 Juli 2016 12:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
MENJAGA hubungan persaudaraan antar sesama golongan memang tidaklah mudah. Apalagi golongan tersebut berisikan para pendekar hebat yang menguasai berbagai ilmu silat. Terbayang bagaimana susahnya apabila dalam sebuah kelompok para pendekar tersebut terjadi gap (perselisihan) karena keslahpahaman atau kerukunan yang tidak terorganisir.
Sudah diketahui publik, beberapa perselisihan yang terjadi di tengah masyarakat kerap muncul dari kesalahpahaman antar oknum perguruan silat dalam memaknai kekuatan yang dimiliki. Seringkali perselisihan yang terjadi secara pribadi kemudian menjalar dan membawa nama kelompok perguruan. Perbedaan setiap perguruan pun bisa saja dijadikan alasan terjadinya bentrok antar perguruan silat.
Oleh karenanya, sebagai upaya untuk menjaga hubungan agar tidak terjadi bentrok antar perguruan silat, berbondong-bondong para sesepuh perguruan silat Desa Sengon, Kecamatan Ngambon, Kabupaten Bojonegoro, ini merapat membentuk sebuah paguyuban untuk para pesilat di desa setempat. Paguyuban yang terdiri dari berbagai pesilat berbeda-beda perguruan tersebut akan diberdayakan untuk menjaga keamanan lingkungan desa.
"Namanya Paguyuban Catur Setya Darma. Paguyuban ini terdiri dari 4 perguruan silat, yakni PSHT, PN, SH Winongo, dan Cempaka Putih. Ke depan paguyuban ini juga akan diberdayakan untuk keamanan dan ekonomi masyarakat Desa Sengon," terang Guk Yulianto, Kepala Desa Sengon mengawali pembicaraan saat ditemui beritabojonegoro.com.
Catur Setya Darma (CSD) merupakan paguyuban pertama di Kecamatan Ngambon yang didirikan untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan hingga terwujud karakter bangsa yang Berbineka Tunggal Ika. Khususnya, antar pesilat dari berbagai perguruan silat yang berada di kecamatan setempat. Paguyuban tersebut didirikan dengan prinsip "Seje Wadah Ojo Pecah" yang artinya walaupun berasal dari berbagai perguruan tetapi tetap menjadi satu kesatuan.
Paguyuban Catur Setya Darma (CSD) didirikan dengan Ketua Umum Suyono (47), warga desa setempat, yang juga Ketua Rayon dari Persaudaraan Setia Hati Terate Desa Sengon. Paguyuban tersebut dikukuhkan Kepala Desa Sengon pada 30 Mei 2016 di Balai Desa Sengon, di hadapan tiga pilar Desa Sengon (Kepala Desa, Bhabinkamtibmas dan Babinsa), perangkat, Muspika Ngambon. Pembentukan paguyuban tersebut juga mendapat apresiasi kapolsek, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.
Ketua Umum Paguyuban CSD Suyono, memaparkan, ada empat tujuan paguyuban tersebut didirikan. Satu, meminimalisir bentrok antar perguruan yang tidak jelas permasalahannya. Kedua, menampung aspirasi masyarakat hingga disampaikan ke pemerintah desa. Ketiga, pemberdayaan SDM yang mampu untuk membangun perekonian di desa secara koperatif, emansipatif, dan akuntatif. Keempat, turut serta membantu pertahanan,keamanan, ketertiban masyarakat (Harkamtibmas) Desa Sengon.
"Dengan prinsip paguyuban, Seje Wadah Ojo Pecah, ini diharapkan CSD akan menjadi wadah maksimal bagi para pemuda untuk membantu pembangunan ekonomi dan menjaga keamanan Desa Sengon," ungkapnya.
Suyono menjelaskan, saat ini di Desa Sengon terdapat 6 perguruan silat. Empat di antaranya, yakni Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Pagar Nusa (PN), Setia Hati (SH) Winongo, dan Cempaka Putih (CP), sudah bergabung dalam Paguyuban CSD.
"Sedangkan dua lainnya, yakni Pangastuti (PS) dan Marguluyu, yang ketika itu tidak dapat hadir dalam musyawarah sudah menemui kepala desa dan siap untuk bergabung," tambahnya.
Memang tidak mudah menjaga hubungan antar pendekar itu. Namun Suyono optimis, dengan adanya kesadaran dari para pendekar untuk saling menjaga hidup berdampingan, maka akan menjadikan pembangunan lebih cepat dan meningkat.
"Lagi pula di dalam dunia persilatan kita telah diajarkan 5 hal penting, yakni Lingkar Diri, Lingkar Keluarga, Lingkar Sesama, Lingkar Semesta, dan Lingkar Pencipta. Dimana, pada hakekatnya apa yang kita lakukan dan apa yang telah kita perbuat akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka mari berusaha berbuat sesuatu kebaikan dan yang terbaik bagi kita semua," pesannya.
Selain itu, Suyono juga mengajak masyarakat umum, khususnya para pendekar silat untuk bersama-sama belajar dari tokoh-tokoh perintis pejuang kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah para pendekar tangguh yang tanpa membedakan apa pun demi terciptanya satu tujuan, yakni Indonesia Merdeka dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Jikalau para sesepuh kita saja, dalam keadaan yang terjajah bisa bersatu mengapa kita tidak bisa. Tentu pasti bisa," pungkasnya dengan semangat menggebu. (lyn/tap)