Pertanian di Desa Mojodelik Kecamatan Gayam
Hasil Panen Merosot Karena Masa Tanam Kurang Bersahabat
Senin, 08 Agustus 2016 20:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Gayam - Salah satu pemicu aksi unjuk rasa Aliansi Masyarakat Peduli (Ampe) Panas Flare di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Minggu (07/08/2016) kemarin, lantaran terus merosotnya hasil panen padi dan jagung petani setempat. Mereka menduga merosotnya hasil kanen disebabkan dampak panas pembakaran gas suar (flare).
Baca berita: Aksi Unjuk Rasa di Fly Over Blok Cepu Berlangsung 30 Menit
Hanya saja dugaan itu terbantahkan oleh hasil penelitian Tim Peneliti Independen dari dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lesos) Mojokerto. Lembaga peneliti ini telah melakukan serangkaian monitoring dan uji laboratorium dengan mengambil sampel tanah dan air dari Dusun Ledok, Desa Mojodelik.
Inspektur Peneliti dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lesos) Mojokerto, Dwi Prayitno, menerangkan bahwa telah melakukan monitoring terkait pertanian di Mojodelik, terutama di Dusun Ledok. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan tanaman padi atau jagung merosot.
"Berdasar pengamatan di lapangan dan uji lab yang kami lakukan di Universitas Brawijaya. Dari tanah dan air tidak ada masalah," terang pria asal Kabupaten Magetan tersebut.
Musim tanam (MK), imbuh Dwi, dalam 1 tahun ada 3 masa. Pertama adalah MK 1 yakni pada bulan 7 dan 8, MK 2 yaitu pada bulan 10 dan 11, serta MK 3 yang terjadi dalam bulan 2, 3, dan 5. Dalam hal ini, membincang tentang pertanian di Mojodelik, menurut Dwi, masuk pada masa yang kurang bersahabat.
Beberapa faktor lain yang menyebabkan merosotnya hasil panen adalah pemupukan yang kurang berimbang. Selain itu juga tergantung pada benih yang ditanam, apakah termasuk bibit unggul atau tidak. "Perlakuan tanaman yang dilakukan oleh petani juga berpengaruh," pungkasnya. (rul/tap)