Film Emak Ingin Naik Haji
Perjuangan Ke Tanah Suci Yang Tak Pernah Mati
Minggu, 28 Agustus 2016 16:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
DUA hari ini ratusan calon jemaah haji Kloter 49 dan 50 asal Kabupaten Bojonegoro berangkat menuju Asrama Haji Sukolilo. Ribuan jemaah lainnya akan berangkat dari daerah lain untuk menunaikan salah satu rukun Islam.
Dan, masih ada jutaan umat yang berkeinginan sekali dalam hidupnya bisa berangkat haji. Karena biaya yang dibutuhkan untuk haji, tidaklah sedikit. Kalaupun sudah memiliki uang, harus sabar mendaftar dan tunggu antrian berangkat ke tanah suci, Makkah.
Film garapan Aditya Gumay ini diadaptasi dari cerita pendek karya Asma Nadia dengan judul yang sama. Film tahun 2009 ini mampu meraih enam nominasi. Tiga di antaranya adalah penghargaan untuk para aktor dan aktris terbaik, yakni aktor terbaik diraih Reza Rahardian, aktris terbaik diraih Ety Cancer Zein, dan aktris pembantu terbaik diraih Ayu Pratiwi.
Keinginan untuk bisa ke tanah suci bisa dimiliki oleh siapa pun. Termasuk sosok Emak dalam film Emak Ingin Naik Haji yang diperankan Aty Cancer Zein. Ada juga Reza Rahardian yang memerankan anak dari Emak bernama Zein. Seorang pelukis yang seringkali lukisannya tidak laku dijual.
Diceritakan bahwa emak harus berjuang tiap hari untuk mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk mendaftar haji. Dan di rumah gubuknya itu tergantung lukisan Kakbah yang dia pandangi setiap hari. Berdoa agar suatu hari bisa memeluk impiannya tersebut. Perjuangan emak akhirnya menemui titik terang, dia memiliki uang senilai Rp 5 juta untuk mendaftar haji. Namun jerih payahnya bertahun-tahun itu harus lenyap dalam hitungan detik.
Zein yang tidak tega melihat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam pada emaknya, bertekad untuk mengumpulkan uang Rp 5 juta itu dalam waktu singkat. Jalan sesat pun akhirnya dia ambil, namun segera teringat ketegaran emaknya ketika melihat Alquran. Nyawanya pun sempat terancam atas pilihan bodohnya itu.
Dalam film ini juga menyindir secara langsung kepada orang-orang yang niat ke Makkah hanya untuk meraih gelar Haji, dan bukannya memenuhi perintah Allah. Mereka dengan sadar bahwa dengan memiliki titel haji, akan disegani oleh masyarakat. Bahkan dengan titel ini diharapkan mampu meraih kekuasaan. Fenomena memiliki gelar haji kerapkali terjadi di masyarakat kita. Tidak bisa haji, maka umrah pun dilaksanakan.
Melalui film ini, kita diminta untuk meluruskan niat kembali untuk apa pergi haji? Apakah hanya untuk menambahkan titel H di depan nama, atau agar dipandang lebih di tatanan sosial, atau agar lebih dipercaya masyarakat? Dan tujuan-tujuan lain yang bukan untuk beribadah. Selain itu kita juga diajak berpikir untuk selalu berupaya yang terbaik dalam mewujudkan mimpi-mimpi.
Satu lagi, menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Bila tidak bisa membahagiakannya maka jangan menyakitinya. (ver/tap)