Buku The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid
Buku Tebal Tentang Gus Dur
Selasa, 24 Januari 2017 21:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Buku The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid ini adalah karya seorang peneliti asal Australia, Greg Barton. Pada mulanya buku ini dimaksudkan sebagi disertasi Greg. Karena dirasa pantas dan layak menjadi sebuah buku, maka diterbitkanlah oleh penerbit LkiS pada 2002.
Greg mengaku dalam pengantarnya di buku ini, dia membiarkan subjeknya (Gus Dur) yang berbicara tentang dirinya. Dengan begitu keterangan ini benar-benar difokuskan pada subjek. Hal ini terlebih Greg dan Gus Dur adalah karib yang akrab semenjak Greg memutuskan untuk mengalihkan pandangannya ke Indonesia dalam penelitiannya dan mengambil Gus Dur sebagai objek penelitiannya. Dengan keakraban tersebut tentu Greg memiliki banyak waktu (bertahun-tahun) untuk bersama Gus Dur untuk mengamati langsung kehidupan Gus Dur, dengan begitu pengalaman langsung ini memberikan “ruh” tersendiri bagi buku ini.
Buku ini terbagi dalam lima bagian.
Pada bagian pertama buku ini diceritkan orang-orang yang memiliki pengaruh dalam sosok Gus Dur di lingkungan pesantren. Mereka Adalah kakek-kakek Gus Dur, Kiai Hasyim Asy’ari dan Kia Bisri Syansuri, Kia Wahab Chasbullah yang merupakan keponakan dari kakennya Kiai Hasyim Asy’ari, dan selain mereka yang mempengaruhi sosok Gus Duru adalah tentu kedua orang tuanya yakni Kiai Wahid Hasyim dan Solichah.
Sebagai tokoh pergerakan, Wahid Hasyim tentu memiliki jaringan yang luas dengan berbagai tokoh pergerakan dengan latar belakangnya masing-masing. Dari sinilah Gus Dur banyak belajar dari tokoh-tokoh besar, semisal Tan Malaka, Moh. Hatta, dll. Meski masih kecil, tapi dalam kerja ayahnya tersebut Gus Dur sering diajak dalam pertemuan-pertemuan penting dengan para tokoh pergerakan. Pada bagian ini juga terdapat penjelasan mengenai kondisi Islam di Indonesia yang saat itu, bahkan hingga saat ini, diwakili oleh golongan Modernis dan Tradisional. Secara khusus modernis diwakili oleh Muhammadiyyah dan tradisionalis diwakili oleh Nahdlatul Ulama (NU).
Pada bagian kedua ini Greg menjelaskan bagaimana intelektual Gus Dur terbentuk. Secara garis besar pada bagian ini menjelaskan kehidupan Gus Dur saat studi di timur tengah. Ada tiga kota besar yang mempengaruhi arus intelektualisme Gus Dur, tiga kota itu adalah Kairo, Baghdad, dan Eropa. Di Kairo Gus Dur justru ‘gagal’ dalam studinya, ini dikarenakan lebih pada kekecewaan Gus Dur pada Al-Azhar yang menurutnya tidak memberikan pendidikan yang baik macam Barat.
Pada bagian ketiga Greg lebih menekankan aspek gerakan dan pemikiran Gus Dur, Gus Dur yang dikalangan pesantren sebagai seorang kia justru dalam hal pemikiran dan gagasan bisa terbilang liberal dalam konteks Muslim Indonesia.
Pada bagian empat, menjelaskan hasil perjuangan dari yang dilakukan. Bahwa reformasi pada akhirnya terjadi. Gus Dur pada akhirnya memasuki babak baru dalam kehidupan berbangsa begitupun dengan NU. Tak ada yang menyangka bahwa Gus Dur pada kahirnya terpilih menjadi presiden dalam perdebatan di MPR yang alot, pada saat malam harinya Akbar Tanjung memutuskan mundur dari pencalonan.
Pada bagian terakhir atau kelima masih menceritakan soal politik dan pergerakan menentang Soeharto dan soal saat ia menjabat menjadi presiden, dimana Gus Dur mengalami pasang surut kehidupan yang luar biasa. Sikapnya yang bebas, santai, dan cuek menjadi keuntungan dan kerugian di sisi lain. Karena hal itulah banyak lawan politiknya kemudian menyerangnya. Manuver politik lawan begitu kuat, dan Gus Dur hanya seorang diri, dan pada akhirnya ia harus dilengserkan dari kursi kepresidenan.
Buku ini cocok bagi yang ingin mengenal lebih dekat sosok Gus Dur. Sebab seringkali masyarakat sekarang hanya mengenal Gus Dur secara praktis. Hanya mengenal potongan-potongan kata bijak yang beredar luas melalui media sosial.