Seorang Kakek di Sumberrejo Nekat Akhiri Hidup dengan Gantung Diri
Sabtu, 25 Februari 2017 11:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Sumberrejo - Seorang kakek warga Dusun Panggang RT 003 RW 001 Desa Mlinjeng Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, bernama Wiji bin Kasiran (80), pada Sabtu (25/02/2017) sekira pukul 05.00 WIB pagi tadi, ditemukan gantung diri di dalam bengkel sepeda ontel milik korban. Malam sebelumnya, korban selalu berbicara ngelantur ingin cepat meninggal dunia.
Menurut keterangan saksi Sutikno (29) yang tinggal serumah dengan korban dan juga masih kerabat korban, pada Sabtu pagi tadi sekira pukul 03.30 WIB, saksi terbangun dari tidurnya dan melihat korban masih dalam kondisi tertidur di tempat tidur diruang tengah.
“Saya menemani tidur karena sebelumnya mbah Wiji selalu berbicara ngelantur dan ingin cepat meninggal.” terang Sutikno kepada petugas yang melakukan olah TKP.
Sutikno menambahkan, sekira pukul 05.00 WIB, dirinya terbangun dan melihat korban tidak ada ditempatnya, selanjutnya saksi berusaha mencari keberadaan korban yang kemudian diketahui korban sudah dalam keadaan tergantung pada blandar (rangka), rumah bengkel sepeda milik korban dengan menggunakan tali dari anyaman kain.
Mengetahui hal tersebut, saksi berteriak meminta bantuan, yang kemudian datang para tetangga untuk membantu menurunkan korban dan melaporkan ke Kepala Desa setempat yang selanjutnya diteruskan ke Polsek Sumberrejo.
Kapolsek Sumberrejo, AKP Nur Zjaeni menerangkan, setelah pihaknya menerima laporan, Kapolsek bersama anggota langsung mendatangi rumah korban, dengan didampingi Kepala Desa Mlinjeng, Sugiri, Sekretaris Desa Mlinjeng, Sujianto, dan Bidan Desa Mlinjeng, Mualimah. Sementara di rumah korban sudah datang lebih dahulu anggota Bhabinkamtibmas dan Babinsa Desa Mlinjeng.
Sesampai di rumah korban, anggota segera melakukan olah TKP dan meminta keterangan pada saksi-saksi serta mengumpulkan barang bukti.
Dari hasil olah TKP, diketahui lokasi peristiwa gantung diri tersebut berada di dalam bengkel sepeda pancal milik korban. Korban menggunakan tali yang terbuat dari anyaman kain yang diikakkan ke blandar rumah bengkel tersebut, dan korban menggunakan sebuah lesung untuk tempat pijakan.
Sedangkan dari hasil pemeriksaan terhadap tubuh korban, tinggi badan 165 centimeter dan berat badan 68 kilogram.
“Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh korban,” terang AKP Nur Zjaeni.
Atas peristiwa ini keluarga korban menyadari bahwa peristiwa tersebut merupakan musibah dan takdir dari Allah. Selanjutnya keluarga korban meminta untuk tidak di lakukan otopsi yang dinyatakan dengan surat pernyataan, tidak akan menuntut siapapun dikemudian hari.
Selanjutnya dengan disaksikan perangkat desa setempat, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan petugas kesehatan serta warga sekitar, korban diserahkan ke keluarganya untuk proses pemakaman. (her/moha)