News Ticker
  • Tabrakan Motor dengan Truk Boks di Baureno, Bojonegoro, Seorang Pemotor Meninggal Dunia
  • Tabrak Tiang Lampu PJU, Pemotor di Gayam, Bojonegoro Meninggal Dunia
  • Lepas Mudik Gratis dari TMII, Bupati Blora Disambut Hangat Warga Perantau
  • Terjatuh dari Jembatan, Petani di Gondang, Bojonegoro Meninggal Dunia
  • Bupati Dorong Baznas Blora Berinovasi untuk Optimalkan Perolehan Zakat
  • Kirim Proposal ke Kemenpora, Bupati Blora Minta Bantuan Pembangunan Stadion
  • Ratusan Petugas Gabungan Siap Amankan Lebaran di Blora
  • Bupati Arief Rohman Usulkan Blora Jadi Kawasan Industri Jateng
  • Datangi Kementerian Perdagangan, Bupati Blora Dorong Percepatan Pembangunan Pasar Ngawen
  • Puluhan Orang Korban Arisan Bodong di Bojonegoro Laporkan Owner ke Polisi
  • Pemkab Blora dan Perhutani Sepakat Tandatagani Kerja Sama Penanggulangan Bencana
  • Tekan Inflasi Jelang Lebaran, PT Blora Patra Gas Gelar Pasar Sembako Murah
  • Ditinggal ke Sawah, Rumah Warga Gayam, Bojonegoro Hangus Terbakar, Kerugian Rp 250 Juta
  • Bupati Arief Berkomitmen Kawal Pembangunan Infrastruktur di Wilayah Cepu, Blora
  • Seorang Laki-laki Warga Dander, Bojonegoro Ditemukan Meninggal di Pinggir Sungai
  • Lewat TMMD, Jalan Penghubung antar Desa di Wilayah Ngawen, Blora Rampung Dibangun
  • Investasi SDM Masa Depan, Program 'Sekolah Sisan Ngaji' di Blora Dilaunching
  • Ibu Korban Pengeroyokan di Bojonegoro: Penjara Satu Tahun Tak Sebanding dengan Nyawa Anaknya
  • 3 Terdakwa Anak Kasus Pengeroyokan di Dander, Bojonegoro Dituntut Satu Tahun Penjara
  • Temuan Mayat di Rumah Kosong Gegerkan Warga Blora
  • Atasi Kelangkaan Gas LPG di Blora, Pertamina Patra Niaga Tambah Pasokan
  • Usai Minum Minuman Keras, 3 Orang Warga Balen, Bojonegoro Meninggal
  • Anak-anak Desa Bangowan, Blora Isi Waktu Jelang Buka Puasa dengan Latihan Gamelan
Saijah dan Adinda, Kisah Romantis yang Bukan Picisan

Catatan Teater Kolosal Bajing Ketapang

Saijah dan Adinda, Kisah Romantis yang Bukan Picisan

Oleh Vera Astanti

“Saijah..! Saijah....! Maafkan aku Saijah! Aku pergi ke Lampung, Saijah.”

PASASE di atas adalah kalimat yang keluar dari mulut Adinda saat pergi dari kampung Badur menuju Lampung meninggalkan kekasihnya, Saijah, yang baru pulang merantau dari Batavia. Pemeran Adinda bermain begitu menjiwai. Dengan suara parau dan isak tangis, Adinda mampu membuat sebagian penonton merasa sesak dada dan iba.

Saijah dan Adinda adalah sepasang kekasih, tokoh romantik dalam naskah pertunjukan kolosal Bajing Ketapang karya Oky Dwi Cahyo, seorang seniman muda asal Kelurahan Jetak.  Pertunjukan ini digelar oleh BEM Sekolah Tinggi Kesehatan Insan Cendekia Husada (STIKes ICsada) pada malam Minggu lalu (04/03/2017) di gedung Tri Dharma Bojonegoro.

Bajing Ketapang sendiri merupakan adaptasi dari novel Max Havelaar karya Multatuli, nama pena Eduard Douwes Dekker, seorang asisten residen di Lebak, Rangkas Bitung, Banten pada zaman kolonial Belanda. Novel ini telah berusia lebih dari 150 tahun, namun hingga kini masih dibaca dan diperbincangkan.

Melalui Bajing Kepatang ini, penonton seakan disodori versi mudah dari novel setebal 400 halaman yang terkesan sulit dibaca ini. Sebab novel ini ditulis dengan cara yang tidak konvensional serta tidak begitu beraturan. Ada beberapa narator yang saling bergantian dan bertabrakan pada bagian-bagian dalam novel. Otomatis itu kerap membuat pembaca bingung. Dalam pembuka novel ini sendiri disebutkan bahwa pengarang tidak suka berindah-indah dalam menulis. Maka, pementasan Bajing Ketapang bisa disebut sebagai salah satu cara memudahkan orang untuk membaca.

Pertunjukan Bajing Ketapang berdurasi lebih dari 2 jam. Cukup panjang untuk penonton di Bojonegoro yang biasa menikmati tontonan tak lebih dari 1 jam, kecuali konser band tentu saja. Meski demikian, gedung Tri Dharma malam itu dipenuhi lebih dari 500 penonton meski harus membayar tiket.

Kembali tentang Saijah dan Adinda. Dua tokoh ini dikisahkan menjalin hubungan asmara. Mereka bermain bersama sejak kecil dan lambat laun berkomitmen untuk hidup bersama, kawin. Namun Saijah ingin pamit dahulu mengadu nasib ke Batavia. Saijah berjanji akan menemui dan menikahi Adinda saat kembali kelak. Janji mereka diucapkan di bawah pohon ketapang. Di bawah pohon ketapang inilah nantinya mereka akan bertemu kembali.

Bukan Picisan

Naskah Bajing Ketapang, pun Max Havelaar, tentu bukan kisah romantik picisan yang mengutamakan pertemuan dua insan lawan jenis lalu pacaran lalu menikah dan seterusnya. Bukan sekadar itu tentu saja, kalau melihat fakta bahwa novel ini ternyata mampu menghentikan kebijakan tanam paksa atau cultuurstelsel Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. Berkat novel Max Havelaar ini, Pemerintah Belanda menghentikan kebijakan itu karena dinilai telah keluar jalur dari yang semestinya sebab banyak terjadi praktik penindasan dan korupsi, berganti politik etis. Karena diberlakukannya politik etis inilah, akhirnya pribumi (meski tak semuanya), bisa mengenyam pendidikan modern.

Praktik penindasan, kekejaman dan korupsi sudah mengakar kuat, bahkan pada para pejabat atau priyayi pribumi, sehingga menjadikan rakyat kecil sebagai korban. Saijah dan Adinda juga menjadi korban. Mereka tidak bisa bertemu lantaran dirampas hak kebebasan dan hartanya oleh penguasa pada saat itu. Kisah mereka menjadi tragik yang menggugah jiwa. Saijah yang menunggu di bawah pohon ketapang setibanya dari Batavia tak mendapati kekasihnya datang. Bajing-bajing menari menyaksikan pembuktian janji dan penantian Saijah.

Di antara itu, muncul Max Havelaar, asisten residen yang dikenal lurus. Dia tidak setuju dengan perilaku korup dan kejam bupati saat itu. Dia protes, namun kondisi tidak mendukung. Penyelewengan kekuasaan telah menggurita. Cukup berat untuk dilawan seorang diri yang seperti Max Havelaar. Protesnya tidak ditanggapi dan malah mendapat respons dengan suap. Namun Max yang malang menolak dan memilih pulang ke negerinya, Belanda.

Multatuli

Dalam pementasan ini, Multatuli hadir di luar cerita. Dia sebanyak 4 kali muncul untuk memberikan penjelasan kepada penonton, tentang tokoh Max dan ceritanya.

Di awal, Multatuli muncul berdiri menjinjing koper dan mengatakan tentang jati dirinya sebagai penulis Max Havelaar. “Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, saya anggap Anda semua tidak hanya sebagai penonton, namun juga sebagai pembaca. Ya, pembaca. Bahwa sayalah Multatuli, yang telah menuliskan hal-hal yang mengusik hati saya, melihat banyak kecurangan, penindasan, dan banyaknya pemerasan yang dilakukan para pejabat-pejabat Belanda dan juga pejabat-pejabat di daerah itu sendiri. Dan semua itu sungguh menyedihkan bagi saya.”

Di tengah, saat adegan Slotering, asisten residen sebelum Max Havelaar, mati setelah menghadiri sebuah perjamuan makan malam, Multatuli juga muncul, masih dengan kopornya. Dia muncul dan menerangkan bahwa Slotering mati diracun.

Di akhir, Multatuli juga muncul. Dia menegaskan bahwa cerita Max Havelaar serta Saijah dan Adinda adalah kisah mengharukan sekaligus menjemukan. “Betapa mengharukan! Sudah kukatakan bahwa kisah ini akan menjemukan. Mereka telah pergi meninggalkan Badur, sebab rumah-rumah mereka sudah habis dibakar karena selalu terlambat membayar pajak. Dan di Lampung ada peristiwa tragis dimana di sana pemberontak akan ditumpas habis.”

Kisah ini disebut-sebut sebagai based on true story sekaligus biografis bagi pengarangnya, Multatuli alias Eduard Douwes Dekker. Maka dengan demikian, Max Havelaar sendiri sebenarnya adalah representasi dari pengaranganya (Multatuli). Kisah Max Havelaar ditulis selang beberapa tahun setelah Eduard Douwes Dekker pulang dari Hindia, di sebuah losmen di Belanda. Buku ini diterbitkan di berbagai negara.

Semangat Literasi

Pertunjukan ini menjadi semacam refleksi bagi para mahasiswa STIKes ICsada Bojonegoro terhadap budaya literasi. Ini nampak betul lewat adegan prolog di pertunjukan ini, ada sekelompok muda-mudi yang memegang buku dan pusing dengan apa yang tengah mereka baca. Mereka tak tahan membaca dan malah asyik dengan gadget serta beragam media sosial seperti whatsapp, facebook, smule, dan lain sebagainya.

Buku bagi para anak-anak muda yang alay itu adalah sesuatu yang membosankan dan bikin pusing.

Prolog itu mengantarkan penonton untuk memahami bahwa di tengah beragam produk modernisme yang menawarkan kepraktisan dan gaya hidup yang hedon, buku masih ada dan dibaca. Buku Max Havelaar karya Multatuli alias Eduard Douwes Dekker salah satunya, yang saat ini berusia lebih dari 150 tahun. (ver/moha)

Foto - foto: dokumentasi BEM STIKes ICsada

 

Ucapan SELAMAT IDULFITRI 2024 - Pemkab Blora
Berita Terkait

Videotorial

Masyarakat di Bojonegoro Rasakan Manfaat Pemasangan Lampu PJU

Masyarakat di Bojonegoro Rasakan Manfaat Pemasangan Lampu PJU

Pemerintah kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya (PKPCK) secara bertahap menambah jumlah lampu penerangan jalan ...

Berita Video

Seorang Kakek Didakwa Curi Ayam, Ini Penjelasan Kepala Kejaksaan Bojonegoro

Seorang Kakek Didakwa Curi Ayam, Ini Penjelasan Kepala Kejaksaan Bojonegoro

Bojonegoro - Usai persidangan dengan terdakwa Suyatno (58), seorang kakek asal Dusun Krajan, Desa Pandantoyo, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa ...

Teras

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

Menyoroti Konsep Penanggulangan Bencana di Bojonegoro

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

"Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. ...

Opini

Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa

Opini

Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa

Perangkat Desa, adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang bertugas membantu kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dalam melaksanakan ...

Quote

Semen Gresik Diving Club Borong Medali di Turnamen Bupati Tuban Cup

Semen Gresik Diving Club Borong Medali di Turnamen Bupati Tuban Cup

Tuban, 21 November 2023 - Semen Gresik Diving Club (SGDC) kembali menorehkan prestasi pada event Bupati Tuban Cup 2023. Club ...

Berita Foto

Warga Bojonegoro yang Dilaporkan Tenggelam di Bengawan Solo Ditemukan Meninggal

Berita Video

Warga Bojonegoro yang Dilaporkan Tenggelam di Bengawan Solo Ditemukan Meninggal

Seorang warga Dusun Gowok, Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro bernama Solikin (55), pada Rabu petang (03/01/2024) dilaporkan tenggelam di ...

Religi

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Judul itu menjadi tema pembekalan sekaligus pengajian Rabu pagi (24/01/2024) di Masjid Nabawi al Munawaroh, Madinah, kepada jemaah umrah dari ...

Hiburan

Dirut Bulog Pastikan Harga Beras Segera Turun

Dirut Bulog Pastikan Harga Beras Segera Turun

Blora - Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memastikan harga beras yang mahal di pasaran saat ini, akan segera ...

1713574560.5668 at start, 1713574560.7996 at end, 0.2327880859375 sec elapsed