Ingin Kelola Sumur Tua, BBS Minta Pertamina Naikkan Presentase ICP
Kamis, 16 Maret 2017 10:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Bojonegoro Kota - Meski belum secara resmi mengelola sumur minyak tua di Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro, PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS) sudah menunjukkan komitmennya terhadap masyarakat lokal. Salah satunya, harapan BBS terhadap PT Pertamina EP Aset 4 Field Cepu agar menaikan presentase Indonesian Crude Price (ICP) bagi para penambang.
Menurut Direktur Operasional PT BBS Toni Ade Irawan, pendapatan penambang akibat penerapan presentase terhadap ICP saat ini dirasa kurang. Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor penyebab masih maraknya penyulingan minyak mentah oleh para penambang di sumur tua.
"Saat ini penambang hanya mendapatkan sekitar Rp 2.200 per liter, dari harga ICP sekitar Rp 2.648, " ungkap Toni, usai rapat dengar pendapat bersama Komisi B DPRD Bojonegoro.
Presentase terhadap harga minyak mentah yang berlaku secara nasional (ICP) bagi para penambang saat ini adalah sebesar 70 persen dan untuk Pertamina 30 persen. Toni akan meminta Pertamina EP Aset 4 Field Cepu menaikkan presentase tersebut menjadi 80 persen dan 20 persen.
Kata Toni, jika bertahan di harga itu maka penambang yang melakukan penyulingan bakal tetap bertahan, karena harga jual yang ditawarkan lebih tinggi dari harga Pertamina. "Harga itu sangat tidak bersaing, penyuling bisa memberikan Rp 2.400 per liter kepada para penambang," jelasnya.
Lebih lanjut Toni mengatakan, PT BBS sudah mengirimkan surat permohonan kepada Pertamina untuk pengajuan pengelolaan terhadap sumur tua di tiga lokasi yaitu di Dangilo Desa Gang Mulyo, Ngrayong Desa Beji, dan Wonocolo Desa Wonocolo, semua ada di Kecamatan Kedewan. Jika tidak ada halangan maka pada 22 Maret 2017 mendatang PT BBS akan melakukan paparan.
Penekanan PT BBS terhadap pengelolaan sumur tua adalah pada kesejahteraan masyarakat, keselamatan para penambang dan juga tata kelola lingkungan. "Kalau kita diberikan kepercayaan kita akan usahakan melengkapi alat pelindung bagi penambang, serta memberikan tata kelola lingkungan yang baik agar tetap terjaga," terangnya.
Untuk merealisasikan hal itu PT BBS membutuhkan biaya sekitar Rp 8 miliar untuk pengelolaan kurang lebih 60 sumur di sana dengan setoran per hari bisa mencapai 20 tangki kepada Pertamina.
Dengan modal tersebut PT BBS menghitung bakal mendapatkan keuntungan sekitar Rp 100 – Rp 200 juta per bulan. Dengan asumsi tersebut break event point (BEP) diperkirakan selama 4 tahun sudah terpenuhi.
"Kalau sampai uang Rp 7- 8 miliar itu tidak ada kita harus wajib berusaha, karena itu merupakan bagian dari penugasan Bupati sendiri, harapannya kembali ke kesejahteraan penambang, keselamatan penambang dan tata kelola lingkungan," pungkasnya. (pin/kik)