Melihat Aktivitas Belajar di Kampung Samin Kecamatan Sambong
Rabu, 20 September 2017 12:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Blora - Menjadi warga Samin bukan berarti harus ketinggalan zaman. Di Desa/Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora keberadaan sedulur sikep Samin masih tetap belajar. Bahkan di belakang rumah pemangku adat sedulur sikep itu kini sudah berdiri perpustakaan umum. Mereka di bawah kepemimpinan Mbah Pramugi Prawiro Wijoyo.
Jemarinya masih kesulitan saat memegang pensil. Namun, dengan telaten pria itu akhirnya menggoreskan pensil ke sebuah kertas putih. Dituliskannya huruf. Satu persatu ia tulis akhirnya menjadi sebuah kata. Pensil yang ia genggam digeser. Melanjutkan ke sebelah kata yang telah ditulis. Menulis huruf lagi. Satu huruf selesai. Menulis lagi hingga menjadi kata. Meski tak sempurna, tapi tulisan itu bisa dibaca. Perlahan, pria itu membaca. Mengeja. Merangkai huruf per huruf lantas dilafalkan.
Wajahnya berbinar usai pria itu berhasil menulis dan membacanya. Tak hanya pria paruh baya itu saja yang sedang berlatih membaca dan menulis. Namun, ada teman seumurnya pun ikut bersama-sama belajar. Mereka belajar di pendopo Kampung Samin Desa Sambong Kecamatan Sambong. Tak hanya laki-laki saja. Tapi, para perempuan pun turut belajar. Perempuan dan laki-laki tua yang sedang belajar itu adalah masyarakat Samin. Dikenal sebagai sedulur sikep.
Saat belajar menulis dan membaca. Mereka tak sendirian. Melainkan, ada orang yang membinanya. Ada yang mendampingi. Mereka menyebutnya tutor. "Nggeh ngaten niki menawi longgar nggeh belajar (ya begini, kalau sedang senggang ya belajar)," ujar Supini, salah satu warga Sikep Sambong.
Diusianya yang sudah 53 tahun dia masih benar-benar ingin bisa membaca dan menulis. Dia mengakui di saat waktu senggang berkumpul dengan masyarkat lainnya untuk belajar baca tulis didampingi para tutor. "Awal cilik kulo mboten sekolah (Dari kecil saya tidak sekolah)," terangnya.
Ki Pramugi Prawiro Wijoyo sebagai ketua adat di Kampung Samin Sambong itu menuturkan kegiatan belajar membaca dan menulis yang diikuti warganya tersebut untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya membaca dan menulis. "Zaman sekarang sudah maju, kami juga tidak ingin ketinggalan zaman. Jangan sampai sedulur sikep dihobongi orang luar hanya karena tidak bisa membaca dan menulis," ujar dia.
Menurutnya, budaya milik leluhur tetap dipertahankan. Tapi, ilmu pengetahun harus diikuti dengan modal dasar kemampuan membaca dan menulis. Dia menuturkan, untuk meningkatkan kualitas SDM warga pedesaan di wilayahnya tidak hanya ditempuh dengan belajar baca tulis saja, melainkan ada belajar ketrampilan membatik, dan membuat kerajinan tangan lainnya.
Kepala Dinporabudpar Blora Kunto Aji mengatakan, Kampung Samin di Blora ini juga tersebar di beberapa kecamatan. Seperti di Desa Nglandeyan, Kedungtuban, Desa Sambongrejo Kecamatan Sambong, dan Kelopoduwur Kecamatan Banjarejo.
Untuk saat ini kelompok Samin di Blora tidak lagi seperti dahulu. Sekarang kelompok Samin mulai mengikuti perkembangan zaman. Seperti halnya di Kampung Samin Sambongrejo kini juga mulai berkembangan. Bahkan jika memasuki Kampung Samin ini akan ditemukan kegiatan tulis menulis. Belum lagi di Kampung Samin ini didapati wifi yang sudah seperti masyarakat modern.
Ki Pramugi Prawiro Wijoyo sebagai ketua adat Kampung Samin sambongrejo mengatakan, jika kampung samin di Sambongrejo kini mulai mengikuti perkembangan zaman. Karena menurutnya saat ini Zaman sudah maju dan kaum Samin juga tidak ingin ketinggalan zaman.
Sehingga, saat ini di Kampung Samin Sambongrejo ini ada kegiatan seperti belajar membaca dan menulis. Yang harapannya dari kegiatan ini bisa menekan angka buta aksara di desanya. Selain itu juga untuk meningkatkan kualitas SDM kaum Samin. Selain membaca dan menulis para warganya dilatih ketrampilan membatik, dan membuat kerajinan tangan lainnya. Sebagai pekerjaan sambilan disela aktifitas bertani yang sejak turun temurun diajarkan leluhur.
Karena baginya budaya tetap harus dipertahankan. Namun, perkembangan zaman seperti ilmu pengetahun harus diikuti dengan modal dasar kemampuan membaca dan menulis. "Jadi jangan sampai sedulur sikep dihobongi orang luar hanya karena tidak bisa membaca dan menulis," ujarnya. (*/kik)