Dengan Hati
Jumat, 18 Januari 2019 10:00 WIBOleh Dr Sri Minarti MPd I Editor Muhammad Roqib
Oleh Dr Hj Sri Minarti MPd I
Seorang istri menemui psikiater untuk menyampaikan perihal hubungannya dengan suami, si istri bercerita bahwa 10 tahun pernikahannya tidak ada masalah yang berarti, sebelum suami berangkat kerja disiapkan segala sesuatunya dengan baik, berjabat dan cium tangan tidak pernah terlupakan, pagi hari selalu diawali dengan senyuman dan sapaan sayang, tapi mengapa hal itu tidak dirasakan sampai ke hati, tapi sebatas tampilan rutinitas di luaran saja tanpa ada getaran cinta.
Sang psikiater bingung juga jawabnya, sebab ada perbedaan antara realita dengan teori keilmuan. Biasanya getaran cinta itu dibangun karena intensitas pertemuan atau kedekatan.
Sang psikiater bertanya, apakah yang ibu lakukan kepada suami sudah dengan hati?. Bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban supaya dicap sebagai istri yang baik oleh keluarga atau orang lain?.
Sang istri menjawab dengan jujur bahwa yang dilakukan selama ini sekedar memenuhi kewajiban sebagai istri.
Contoh di atas adalah suatu interaksi yang dibangun tidak dengan hati, belum adanya ketulusan, baru sekedar menggugurkan kewajiban.
Semua kegiatan atau aktivitas akan bermakna bila dikerjakan dengan hati yang tulus, akan tumbuh cinta yang benar karenaNya dan rasa bahagia.
Ya Allah ampunilah kekhilafan kami, amiin
Semoga bermanfaat
Bojonegoro, 18 Januari 2019. (*/kik)