ExxonMobil Roadshow Sinergi Energi 2015.
Kampus dan Industri Migas Harus Bersinergi
Rabu, 04 November 2015 21:00 WIBOleh Nashruli Chusna
Oleh Nashruli Chusna
Kota-Mahasiswa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bojonegoro, mendapatkan pemaparan materi energi minyak dan gas dari tenaga ahli migas di Kampus setempat, hari ini, Rabu (04/11). Dalam kesempatan pertama kalinya ini, para mahasiswa diberi pengetahuan dan wawasan mengenai potensi migas di Bojonegoro dan pemanfaatannya.
"Kampus dan industri migas harus bersinergi," kata Rektor IKIP PGRI Bojonegoro, Sujiran.
Program yang didukung ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) ini dikemas dalam program ExxonMobil Roadshow Sinergi Energi 2015. "Minyak dan gas bumi akan habis, kita harus bijak memanfaatkannya," ungkap tenaga ahli dari EMCL, Elok F. Nur di depan para mahasiswa.
Elok menyampaikan, kebutuhan energi di dunia saat ini tidak sebanding dengan ketersediaannya. "Populasi manusia terus meningkat, sedangkan minyak terus berkurang," ujarnya. Menurut alumnus Universitas Gajah Mada ini, di Indonesia, penemuan sumber minyak semakin sulit. Para insinyur harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi target negara dalam perolehan migas.
Bagi Elok, sudah saatnya suplay kebutuhan energi bergeser ke energi alternatif terbarukan. Sebab, menurut dia, energi alternatif terbarukan selalu bisa diusahakan. "Kita bisa manfaatkan air atau cahaya matahari yang tak akan habis," katanya.
Selain menjelaskan tentang ketersediaan energi secara umum, Elok juga menjelaskan bagaimana industri migas bekerja. Dia menjelaskan pembagian jenis industri migas yang terdiri dari industri hulu, hilir, dan industri bahan kimia. Satu persatu dijelaskannya secara rinci.
"Industri migas diawali dari proses di industri hulu," jelas Elok. Dia menjelaskan, dalam industri hulu terdiri dari fase eksplorasi, pengembangan, dan produksi. Saat ini EMCL di Bojonegoro, kata Elok, sedang memasuki masa transisi dari pengembangan ke produksi.
Insinyur reservoar ini menjelaskan bahwa untuk mencari sumber minyak baru, harus dilakukan kegiatan eksplorasi. "Dan teknologi yang digunakan (dalam eksplorasi) sudah semakin canggih," ulasnya. Salah satunya, kata Elok, dengan metode seismik tiga dimensi. Dengan metode ini, tekstur kandungan di dalam tanah bisa terlihat lebih jelas. Sehingga, data untuk memastikan sumber minyak lebih akurat. "ExxonMobil sudah menggunakan teknologi ini," cetusnya.
Dalam kesempatan tersebut Elok juga menjelaskan keberadaan ExxonMobil di Indonesia. "Pengalaman kami sudah lebih dari 115 tahun di Indonesia," ungkap perempuan yang pernah bekerja di ExxonMobil Australia ini. Kegiatan industri hulu ExxonMobil di Indonesia, jelas Elok, dimulai dari penemuan blok Arun di Aceh.
Para peserta nampak antusias dengan pemaparan yang disampaikan Elok. Terbukti dari banyaknya pertanyaan dan komentar dari peserta. Hampir setiap topik yang dilontarkan Elok diberondong dengan pertanyaan dan komentar peserta. Dosen yang hadir juga ikut bertanya. Umumnya pertanyaan yang dilontarkan seputar kebermanfaatan proyek migas di Bojonegoro bagi
masyarakat lokal. "Seberapa besar pemerintah memberikan hasil migas ini ke masyarakat," ujar Agus, mahasiswa jurusan Matematika. Hal senada dilontarkan peserta lainnya.
Junarti, dosen jurusan matematika mengakui bahwa pihaknya belum bisa menjadi saluran mahasiswa ke industri migas. Namun dia menjelaskan bahwa tidak sedikit anak didiknya yang bekerja di EMCL. "Kami memang tidak punya data pasti, tapi alumni kita yang kerja disana sering menyambangi kita," ungkapnya.
Meski demikian, Junarti berharap dengan adanya kerjasama seperti ini komunikasi antara perusahaan dengan dunia pendidikan bisa bersinergi saling memberi manfaat, terutama dalam menyerap tenaga kerja.(rul/moha)