Kartar Ngraho Bertemu dengan Pihak EMCL
Rabu, 18 November 2015 17:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Gayam – Karang Taruna dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ngraho, Kecamatan Gayam, bertemu dengan perwakilan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) selaku pengelola lapangan minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro hari ini, Rabu (18/11). Pertemuan berlangsung di kantor Karang Taruna Desa Ngraho.
Perwakilan EMCL tampak hadir Dave Seta selaku External Affairs Manager ditemani Sonny Ardiansyah, Ichwan Arifin, dan Ali Mahmud. Sedangkan, dari pihak Desa Ngraho dihadiri Kepala Desa Ngraho, Samat, Ketua Karang Taruna Ngraho, Muhammad Fatoni, Ketua Bumdes Ngraho, Jaswadi, dan ketua Karang Taruna Kecamatan Gayam, Kundori. Tampak, anggota Karang Taruna Desa Ngraho hadir dalam pertemuan tersebut.
Menurut Ketua Karang Taruna Desa Ngraho, Muhammad Fatoni, mengaku ia selama ini sering ditanya oleh para pemuda mengenai pekerjaan yang tersedia di lokasi proyek migas Banyu Urip Blok Cepu. Selain itu, ia juga selalu jadi sasaran dari para pemuda yang mempertanyakan soal pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh para pemuda setempat.
“Selama ini pihak EMCL tidak membuka akses atau informasi yang diperlukan oleh masyarakat sekitar, termasuk kepada karang taruna. Padahal, kami ini yang mendapatkan dampak langsung dari kegiatan pengeboran migas Banyu Urip Blok Cepu,” ujarnya.
Ia mengatakan, selama ini program yang dilakukan oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bermitra dengan EMCL juga hanya menjadikan masyarakat atau pemuda desa sebagai objek belaka. “Kami merasa hanya dimanfaatkan saja. Kegiatan sifatnya hanya sosialisasi. Kami difoto, kemudian setelah itu mereka membuat laporan dan setelah itu ditinggal pergi. Kami sudah jenuh selalu jadi objek,” ujarnya.
Sementara itu menurut Ketua Bumdes Ngraho, Jaswadi, sebenarnya di desa sudah ada badan usaha seperti Bumdes yang bisa menjalankan usaha sekaligus bisa menyerap tenaga kerja lokal. Akan tetapi, kata dia, selama ini Bumdes tidak pernah dilirik oleh pihak EMCL.
“Kami sadar diri tidak akan bisa masuk bekerja di EMCL. Tetapi, kami ingin pihak EMCL membantu kami agar Bumdes bisa berdaya dan para pemuda bisa bekerja,” ujarnya.
Ia mengatakan, selama ini banyak LSM yang masuk ke Desa Ngraho tetapi mereka hanya memanfaatkan saja. Setelah program atau kegiatan selesai, mereka lalu meninggalkan Desa Ngraho. “Jadi, kegiatan mereka tidak berdampak sama sekali terhadap kemajuan desa,” ujarnya.
Sementara itu menurut Dave Seta selaku External Affairs Manager EMCL, mengatakan, memang sudah lama pihak EMCL ingin bertemu langsung dengan para pemuda Karang Taruna Desa Ngraho. Pertemuan seperti ini, kata dia, bisa menemukan pemahaman dan pandangan bersama mengenai kegiatan pemuda dan masyarakat di sekitar lokasi lapangan migas Banyu Urip Blok Cepu dan juga kepentingan perusahaan.
“Kami menjalankan tiga pilar dalam pemberdayaan itu yakni bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi. Saya kira, karang taruna bisa terlibat dalam upaya pemberdayaan,” ujarnya. (rul/kik)