Sedapnya Tetelan Rawon De Rah Nomor 06
Minggu, 22 November 2015 10:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota-Bagi pecinta rawon, sesekali boleh lah datang ke warung De Rah Nomor 06, dalam kompleks Pasar Kota Bojonegoro. Tapi jangan sampai punya niatan untuk berlama-lama di dalam warung. Sebab harus rela berdesak-desakan karena ramainya pelanggan.
Warungnya sederhana. Tak sulit menemukannya, di lorong nomor satu dari selatan, pasar kota Bojonegoro. Begitu masuk lorong itu aroma sedapnya masakan segera memenuhi rongga hidung. Sebab di lorong itu adalah khusus untuk warung makan. Semakin mendekati warung Rawon Derah semakin kuat aroma sedap menusuk hidung.
Petak warung itu adalah di lajur selatan, bangunan nomor 6. Dan karena itulah nama warungnya ada embel-embel nomor 06. Ada papan kecil di atas jendela bangunan warung itu, De Rah Nomor 06 tulisannya.
Rawon De Rah sudah bernafas sejak tahun 1951. “Pindah di sini sejak pembangunan baru. Dulu di pasar yang lama,” kata Mbah Yem (68), pemilik warung De Rah.
Kasiyem, nama asli Mbah Yem, warga Desa Ledok Wetan, Kecamatan Bojonegoro Kota, adalah cucu De Rah. Sejak meninggal 2001 silam, Mbah Yem melanjutkan usaha neneknya itu. “Jadi, warung ini adalah warisan,” katanya.
Rawon racikan Kasiyem sederhana dan cukup nikmat. Aroma dan rasa kluwegnya cukup menggigit. Yang menjadikan rawon ini beda adalah Mbah Yem tidak menggunakan daging, melainkan tetelan.
Tetelan sendiri adalah bagian daging sapi yang sebenarnya merupakan sisa daging yang melekat pada tulang. Daging ini berupa campuran daging, urat, lemak dan sebagainya. Tetelan telah dikelupas dari tulang dan dipotong-potong. Karenanya tidak ada kata alot dalam saat mengigit dan mengunyahnya.
Saat ditanya kenapa pakai tetelan, Mbah Yem menjawab memang demikian yang dipilihnya. “Konsumen kami adalah para petani, pedagang itu. Barangkali yang membedakan dengan warung lain ya ini (tetelan),” terangnya.
Karena itulah, lanjut Mbah Yem, harga rawon di warungnya dibanderol cukup terjangkau. Yakni hanya Rp6000. “Kami berani ya karena pelanggan warung ini kebanyakan orang-orang tani yang ke pasar ini. Harganya cocok. Rasanya juga cocok mungkin,” katanya
Saat BeritaBojonegoro.com (BBC) sedang menikmati rawon racikan Mbah Yem, warung yang tidak cukup luas itu dijejali oleh para pelanggan. Mereka menunjukkan wajah bernafsu ingin segera melahap rawon Mbah Yem. Yang sedang menikmati, nampak tidak bisa memalingkan wajah dari piring. Ini tanda-tanda rawon Kasiyem benar-benar nikmat.
Warung Rawon De Rah memang nampak tidak prenah sepi. Buka pukul 06.00 WIB dan tutup pukul 15.00 WIB, Mbah Yem menghabiskan 12 kilogram tetelan dan 13 kilo gram beras. “Kalau sedang sepi ya 7 kilo,” katanya.
Saat BBC beranjak dari warung, orang-orang berdatangan dan ada yang mengantri di luar. Ada kepercayaan bagi penikmat kuliner bahwa warung ramai itu mempunyai dua kemungkinan. Kalau tidak enak masakannya, harganya murah. De Rah nomor 06 memiliki keduanya. (ver/moha)