Ekonomi Kreatif dan UMKM
Memasuki Pasar Bebas, Pengusaha Handicraft Asal Sumberrejo, Bojonegoro, Berupaya Terus Bertahan
Jumat, 29 Januari 2021 19:00 WIBOleh Vera Astanti Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Dengan mulai dibukanya pasar bebas, persaingan usaha handicraft atau kerajinan tangan semakin ketat. Terutama masuknya barang-baran produksi dari luar negeri, khususnya produk dari Tiongkok.
Hal ini berdampak juga pada omzet milik Banin, pemilik usaha Rumah Ipus, produsen handicraft atau kerajinan tangan asal Dusun Badug, Desa Sumuragung RT 009 RW 003, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro.
Produk Tiongkok mulai membanjiri marketplace lokal sekitar pertengahan 2019 lalu. Mereka menjual barang dengan harga murah dan ongkos kirim yang juga murah. Hal inilah yang menyebabkan penurunan omzet usaha Banin.
Banin mengungkapkan bahwa dulu, sebelum banyak masuk produk-produk dari luar negeri, dalam sebulan biasanya dirinya meraup omzet sekitar Rp 30 juta per bulan. Setelah adanya pasar bebas, penurunan terjadi hingga 50 persen.
"Penurunan omzet bukan terjadi karena pandemi ini, tetapi lebih pada intervensi berlakunya pasar bebas." kata Banin kepada awak media ini. Jumat (29/01/2021).
Seorang balita sedang bermain busy book produk Rumah Ipus milik Banin. (foto: Banin/koleksi pribadi)
Menurtnya, produk dari Tiongkok harganya murah-murah terutama pada sektor dekorasi rumah dan suvenir. "Meskipun omzet turun, namun kami bisa mengelola keuangan dengan baik. Sehingga profit yang kami terima tidak jauh dengan sebelumnya," kata Banin menjelaskan.
Banin mengungkapkan bahwa produk yang paling laris adalah busy book. Busy book adalah mainan anak-anak berbentuk buku. Isi buku ini memuat banyak hal, di mana anak akan sibuk dengan berbagai macam aktivitas dari buku tersebut.
"Yang meningkat pesat penjualannya saat pandemi adalah busy book. Pembelinya adalah orang tua yang memiliki anak usia play grup," ucap Banin.
Rumah Ipus milik Banin memang memiliki produk dalam tiga kategori yaitu suvenir, dekorasi rumah, dan busy book. Usaha yang dirintis Banin sejak 2016 lalu, kini telah berkunjung pesat. Saat ini dia memiliki delapan karyawan.
"Alhamdulillah, selalu ada orderan. Sehingga karyawan kami tidak pernah libur, kecuali hari Minggu atau tanggal merah lainnya," kata Banin.
Banin, saat terima penghargaan dari Kementerian Kepemudaan dan Olahraga tahun 2019 lalu. (foto: Banin/koleksi pribadi)
Usaha Banin inipun telah mendapat banyak apreasiasi baik dari pemerintah maupun swasta. Yang terbaru dirinya tahun lalu (2020) mendapatkan suntikan dana dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Banin menyebutkan dana tersebut jumlahnya sangat besar, bisa digunakan untuk membeli mobil.
"Padahal ada 8.800 peserta dari seluruh Indonesia yang mengikuti seleksi tersebut. Legalitas mereka sudah PT atau CV. Sedangkan Rumah Ipus baru UD," kata Banin menerangkan.
Dana tersebut digunakan untuk mengembangkan usahanya. Mulai dari perbaikan tempat usaha, membeli perlengkapan yang menunjang usahanya, dan lain sebagainya.
Untuk pembaca yang memiliki anak kecil dan membutuhkan mainan edukasi, bisa memesan busy book Rumah Ipus. Bisa menghubungi shopee: Rumah Ipus, atau WhatsApp: +62 822-3165-2627. (ver/imm)