Tingkatkan Indeks Pembangunan Manusia, Pertamina EP Cepu Zona 12 Laksanakan Program Kesetaraan Warga Belajar dan Pelestarian Seni Budaya Lokal
Selasa, 12 Agustus 2025 16:00 WIBOleh Tim Redaksi
*Oleh Hartatik Febriani
Bojonegoro – Pertamina EP Cepu Zona 12 bersama Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro (YKIB), PKBM Wana Bhakti Ngasem, dan Pemerintah Desa Kaliombo, mengadakan kegiatan sosialiasi dan pelatihan bagi pegiat seni, peserta warga belajar, dan perwakilan guru dari SDN Kaliombo 1, SDN Kaliombo 2, dan SDN Kaliombo 4, di Balai Desa Kaliombo sejak Senin (11/08/2025) hingga Rabu (13/08/2025).
Kegiatan ini adalah bagian dari Program Pelestarian Seni Budaya Lokal dan Program Fasilitasi Warga Belajar Melalui Kesetaraan Pendidikan Masyarakat di sekitar Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru yang diinisiasi oleh Pertamina EP Cepu Zona 12 bekerjasama dengan Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro (YKIB) dan PKBM Wana Bhakti Ngasem.
Upaya peningkatan kapasitas pelaku seni dan penguatan kelembagaan seni lokal di Bojonegoro dan pemberian akses pendidikan kesetaraan kepada masyarakat usia belajar ini adalah upaya konkrit Pertamina EP Cepu Zona 12 turut serta memajukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bojonegoro.
Dalam kesempatan sosialisasi itu, Kepala Desa Kaliombo, Rohmad Edi Suyanto, mengatakan, pihaknya bersyukur karena potensi kesenian dan kebudayaan di Desa Kaliombo dikembangkan dan mendapatkan dukungan penuh dari Pertamina EP Cepu Zona 12.
“Di Desa Kaliombo ini ada banyak sekali pegiat seni. Alhamdulillah, sejak 25 Juli 2024 juga sudah terbentuk Paguyuban Jaya Tirta Budaya Laras yang menaungi semua pegiat seni dan kelompok seni di Desa Kaliombo,” ujarnya.
Di Desa Kaliombo terdapat empat kelompok seni yakni Singo Mudo, Warogo Putro, Karyo Wahyu Putro, dan Turonggo Budhoyo. Pegiat seni ini terdiri dari anak-anak usia sekolah, remaja, hingga orang dewasa.
Anak-anak dari SDN Kaliombo 1, SDN Kaliombo 2, dan SDN Kaliombo 4, juga aktif berlatih gamelan di Sanggar Jaya Tirta Budaya Laras setiap hari Kamis, Jumat, dan Sabtu yang sementara ini bertempat di Balai desa Kaliombo.
Perwakilan Pertamina EP Cepu Zona 12, Enggar Mugi Rahayu, dalam kesempatan itu, mengungkapkan, program pelestarian seni budaya lokal dan program kesetaraan pendidikan warga belajar Jambaran Tiung Biru ini adalah bagian dari program pelibatan dan pengembangan masyarakat (PPM) di sekitar wilayah operasi lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB).
“Pertamina EP Cepu Zona 12 berupaya untuk selalu turut berkontribusi positif bagi masyarakat sekitar wilayah operasi JTB dan ingin menjadi tetangga yang baik,” ujar Mugi, sapaannya.
Ia mengungkapkan, program pelestarian seni budaya lokal dan kesetaraan pendidikan warga belajar Jambaran Tiung Biru ini adalah bentuk nyata turut serta Pertamina EP Cepu Zona 12 dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Bojonegoro.
Dalam kegiatan itu, ada materi tentang pelatihan manajemen organisasi dan administrasi yang disampaikan oleh Samingan dan Annastya Joko Sinar Wicaksono dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro.
Samingan menyampaikan, pegiat seni dan kelompok seni sebaiknya memiliki nomor induk kesenian (NIK) dan legalitas berupa akta notaris agar bisa diakui keabsahannya dan terdaftar resmi di Disbudpar Kabupaten Bojonegoro. Dengan begitu, kata dia, kelompok seni itu bisa terlibat dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemkab Bojonegoro.
“Selain itu, kalau kelompok seni itu mengadakan pagelaran atau pementasan akan mudah mengurus izin seperti izin keramaian dan izin gangguan,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi pengurus JTBL yang telah memiliki nomor induk kesenian dari Disbudpar dan mengurus proses akta notaris untuk mendapatkan pengesahan dari MenkumHAM RI. “Kesenian lokal Bojonegoro saat ini itu ada wayang tengul dan sandur. Selain itu, ada banyak kelompok seni lokal Bojonegoro. Kita harus menjaga kesenian dan kebudayaan lokal Bojonegoro sebagai identitas dan kearifan lokal khas Bojonegoro,” ujarnya.
Pegiat seni dari Sanggar Sayap Jendela, Sapto Priyono, juga menjadi pemateri dalam pelatihan itu. Ia banyak berbagi ilmu tentang bagaimana mengelola dan mengembangkan organisasi seni. Selain itu, ia juga mengajak peserta untuk menjaga dan melestarikan kesenian lokal, terutama kesenian sandur. “Sandur itu adalah kesenian lokal Bojonegoro. Seni sandur adalah kesenian yang berakar dari masyarakat agraris di sekitar Sungai Bengawan Solo. Sandur bercerita tentang tandur, ngrakal, ndangir, dan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan bertani,” urainya.
Ia mengungkapkan, masyarakat Desa Kaliombo juga disebutnya memiliki akar kesenian dan kebudayaan yang kuat. Sebab, kata dia, masyarakat Desa Kaliombo banyak yang menjadi panjak atau pemain gamelan atau penabuh gamelan. “Saya boleh menyebut Kaliombo ini adalah desa panjak. Sebab, di Bojonegoro belum ada desa panjak,” ujarnya.
Suwondo dari PKBM Wana Bhakti Ngasem, mengajak masyarakat Desa Kaliombo untuk mau terus belajar dan mengenyam pendidikan. Ia mengajak warga Desa Kaliombo dan sekitarnya yang putus sekolah untuk bisa melanjutkan pendidikan melalui kejar paket A, kejar paket B, maupun kejar paket C. “Belajarnya bisa pagi, siang, sore, atau malam. Yang penting tetap mau belajar dan mengenyam pendidikan,” ujarnya.
Nanang Fahrudin dan Iwan Siswoyo dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bojonegoro menyampaikan materi tentang pelatihan multimedia dan kanal media sosial. Nanang Fahrudin menyampaikan bahwa media sosial saat ini menjadi bagian sehari-hari kehidupan masyarakat.
“Gunakan media sosial itu untuk sesuatu yang positif. Salah satunya menggunakan media sosial untuk mengenalkan dan mempromosikan potensi kesenian dan kebudayaan lokal di Desa Kaliombo. Desa ini sudah dikenal sebagai desa panjak. Nah, itu potensi atau kekhasan Kaliombo yang bisa untuk dijadikan konten dalam media sosial,” ujar Nanang yang juga jurnalis senior ini.
Sementara itu, Iwan Siswoyo, menyampaikan perlunya membuat konten yang menarik dan konsisten agar masyarakat mengetahui dan mengenal konten itu. “Sesuaikan konten dengan segmen yang akan dibidik. Kalau sesuai dengan segmennya, pasti pengikutnya akan banyak,” ujar Iwan yang juga penyiar radio di Bojonegoro ini.
Setelah penyampaian materi, peserta juga langsung diajak untuk membuat konten dari latihan gamelan di Sanggar Jaya Tirta Budaya Laras di lantai dua Balai Desa Kaliombo. Semua peserta mengambil video dan foto saat para panjak memainkan gamelan di sanggar itu.
Pada sesi terakhir, peserta pelatihan yang mengikuti sejak awal hingga akhir dan aktif mendapatkan hadiah menarik dari peserta. Pelatihan yang diikuti oleh sekitar 40 orang itu berjalan sangat gayeng. Peserta mendapatkan ilmu dan pengalaman, serta sudut pandang yang baru mengenai pengembangan kesenian dan kebudayaan lokal, kesetaraan pendidikan bagi warga belajar usia sekolah, pengelolaan organisasi seni, dan pemanfaatan multimedia dan media sosial untuk hal yang positif. (*/kik)