Ekonomi Kreatif dan UMKM
Dampak Pandemi COVID-19, Perajut Asal Banjarejo, Bojonegoro ini Kewalahan Penuhi Pesanan
Minggu, 31 Januari 2021 21:00 WIBOleh Vera Astanti Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Handicraft atau kerajinan tangan rajutan belakangan ini banyak yang suka memakainya. Terutama saat pandemi COVID-19, permintaan kerajinan rajut jenis masker dan konektor masker meningkat cukup banyak.
Hal ini tentu jadi ladang bisnis bagi para perajut di Bojonegoro. Namun, karena rajutan diproduksinya secara manual, maka jumlah produksinya tidak bisa banyak.
Salah satu perajut yaitu Resky Pramudya, asal Kelurahan Banjarejo Kecamatan Bojonegoro Kota, yang memiliki brand Kidya, kepada awak media ini Minggu (31/01/2021) mengaku kesulitan memproduksi rajutan dalam jumlah banyak, karena terkendala waktu dan tenaga, sehingga dirinya seringkali kewalahan saat mendapat pesanan dalam jumlah banyak.
"Dalam sehari, saya hanya bisa memproduksi empat rajutan masker. Kalau konektor sekitar sepuluh buah," kata Resky.
Resky memang tidak menargetkan dalam produksi rajutan. Sebab dia selalu mengutamakan produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus. Dari kerapian rajutan, maupun dari kerapian jahitannya. Dia pernah membongkar tas dari rajut yang telah dibuatnya, karena dianggap kurang bagus.
Resky Pramudya, asal Kelurahan Banjarejo Kecamatan Bojonegoro Kota, saat memproduksi rajut. (foto: resky/koleksi pribadi)
Saat ini Resky memang mengerjakan produknya sendiri. Dulu sempat pernah punya pegawai, dua sendiri juga yang mengajari sampai bisa. Namun sayang, ketika keluar, pegawai tersebut belum bisa mengembangkan kemampuannya.
Resky juga pernah mengajak ibu-ibu lain untuk diajari merajut. Dia berharap ibu-ibu itu mampu mengembangkan kemampuan sehingga bisa menghasilkan karya yang layak jual.
"Saya pernah mengajari beberapa ibu-ibu, supaya mereka punya penghasilan sendiri. Ternyata mereka tidak serius belajar merajut," ucap Resky.
Padahal menurut Resky merajut merupakan kegiatan yang menyenangkan. Dia bisa merajut sambil mengerjakan kegiatan lain, misalnya menonton televisi.
Resky mulai belajar merajut sejak kecil. Tidak hanya merajut tetapi juga menyulam. "Karena dulu saya tomboy, jadi ibu mengarahkan kegiatan seperti menyulam dan merajut saat libur sekolah," kata Resky bercerita.
Baru pada tahun 2011 setelah lulus kuliah, dia serius menggeluti rajut, tidak hanya sebagai hobi saja. Dia mulai membuat bros rajut dan menjualnya ke sanak-saudara serta teman-temannya. Dia juga pernah memasarkan produknya di Bali lewat salah satu temannya.
"Kalau menurut saya rajut tidak ada ketinggalan zaman. Bentuknya saja yang berbeda. Dulu mulai dari bros, kalung, gantungan kunci. Kalau sekarang lebih banyak masker dan konektor masker," ucapnya.
Dari merajut, Resky bisa meraup pendapatan sebesar Rp 900 ribu sampai Rp 1 juta per bulan. Bila mendapat pesanan untuk suvenir nikah, biasanya dia bekerja sama dengan beberapa perajut dari Bojonegoro.
Resky juga salah satu pelaku usaha mikro yang mendapatkan bantuan usaha kecil, menengah dan mikro (UMKM) sebeaar Rp 2,4 juta, melalui Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif untuk Usaha Mikro.
"Dana itu saya belikan benang untuk bahan rajut." kata Resky Pramudya.
Untuk pembaca yang ingin memesan tas, dompet, ataupun, konektor masker rajut, bisa menghubungi nomor +62 857-3040-3078. (ver/imm)