Ekonomi Kreatif dan UMKM
Omzet Pengusaha Camilan Asal Desa Bogo, Kapas, Bojonegoro Ini Puluhan Juta per Bulan
Sabtu, 06 Februari 2021 13:00 WIBOleh Vera Astanti Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Singkong, merupakan bahan makan yang bisa diolah menjadi berbagai macam makanan, termasuk untuk makanan ringan atau camilan. Mulai dari camilan kering maupun basah.
Salah satu pengusaha camilan asal Desa Bogo Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro, Sutikno (44), pemilik brand Kraaooz ini setiap harinya mengolah satu kuintal singkong untuk dijadikan camilan.
Sebelum adanya pandemi COVID-19, dalam sebulan omzetnya bisa mencapai Rp 30 hingga Rp 50 juta, namun sejak adanya pandemi, omzetnya turun separo atau 50 persen.
Kepada awak media ini Sabtu (06/02/2021), Sutikno mengaku sebelum memproduksi camilan, dia menjual aneka roti. Baru pada tahun 2013, dia melebarkan usahanya memproduksi camilan.
"Saya memilih camilan, sebab expired-nya panjang sehingga risiko return-nya kecil," kata Sutikno.
Produk pertama yang dia jual adalah peyek yang isinya dedaunan, yaitu peyek bayam, beluntas dan daun pepaya muda.
Tidak berhenti di sana, Sutikno selalu mengamati pasar, camilan apa yang paling sering dicari oleh masyarakat, sehingga dia berusaha menambah varian produknya. Sekarang Sutikno memiliki sekitar 19 varian camilan.
Kondisi rumah Sutikno, di Desa Bogo Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro, saat memproduksi camilan. (foto: vera/beritabojonegoro)
Dari seluruh varian itu yang paling laris adalah singkong krispi, balung kuwuk, keripik bayam, dan keripik belut. Setiap hari Sutikno selalu memproduksi camilan bahkan juga di hari Minggu.
"Untuk kebutuhan singkong krispi dan balung kuwuk membutuhkan satu kuintal singkong setiap harinya," kata Sutikno.
Sutikno menjelaskan, untuk pemasaran, dirinya tidak hanya memasarkan produknya di toko swalayan tetapi juga toko oleh-oleh. Harga camilan dengan brand Kraaooz ini dijual mulai harga Rp 4 ribu sampai Rp 25 ribu per bungkus.
Saat ditanya omzet penjulanan, dirainya mengaku sebelum adanya pandemi COVID-19, dalam sebulan omzetnya bisa mencapai Rp 30 hingga Rp 50 juta. Namun kini turun setelah adanya pandemi turun hingga 50 persen.
"Penjualan kami terbantu dengan adanya salah satu swalayan. Pandemi tidak berpengaruh terhadap penjualan di sana," kata Sutikno.
Namun kondisi itu sangat berbeda dengan penjualan di toko oleh-oleh. Dengan adanya larangan berpergian atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, maka penjualan camilan miliknya di toko-toko merosot.
Bagi pembaca yang ingin mencicipi camilan Kraaooz bisa menghubungi Sutikno di nomor +62 823-3052-0851. (ver/imm)