Ekonomi Kreatif dan UMKM
Terdampak COVID-19, Pengusaha Olahan Salak Asal Wedi, Bojonegoro, Tambah Aneka Varian
Minggu, 21 Februari 2021 17:00 WIBOleh Vera Astanti Editor Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, merupakan salah satu desa wisata dengan potensi buah salaknya, sehingga banyak warga setempat yang mengolah salak menjadi berbagai makanan olahan dan kue berbahan dasar salak.
Salah satu pengusaha olahan salak di desa setempat, Retno Wulandari (31) mengaku sejak adanya pandemi COVID-19 permintaan olahan salak mulai menurun. Agar omzetnya tidak menurun drastis, Retno menyiasati dengan menambah sejumlah varian produk olahan salak dan kue berbahan dasar salak.
Retno Wulandari mengungkapkan, saat ini permintaan untuk kue kering mawaran sedang banyak, bahkan dia juga memiliki beberapa reseller.
"Jadi karena omzet olahan salak menurun, selama pandemi ini saya membuat aneka kue kering dan kue basah," kata Retno Wulandari, kepada awak media ini Sabtu (20/02/2021)
Wulan, begitu dia biasa dipanggil, menuturkan bahwa mulai Desember 2019 sampai Februari 2020 itu penjualan olahan salak sudah mulai berkurang. Terlebih saat mulai munculnya pandemi COVID-19 pada Maret 2020, penjualan kue olahan salak malah banyak sekali turunnya.
"Saat mulai adanya pandemi, banyaknya return dari toko titipan dan menurunnya penjualan online." kata Wulan.
Namun, beberapa saat kemudian, atau tepatnya mulai Mei 2020, penjualan asinan salak dan setup salak cukup bagus. Hal tersebut disebabkan adanya cuaca yang panas, sehingga konsumen mencari minuman segar seperti asinan salak dan setup salak.
"Saya juga membuat inovasi untuk asinan buah dan sayuran. Apalagi saat itu masyarakat jarang yang keluar rumah, jadi saya ngalahi ngantar pesanan," kata Wulan.
Retno Wulandari, dengan aneka olahan salak produksinya. (foto: ver/beritabojonegoro)
Wulan mengungkapkan bahwa olahan salak di desanya mulai dikenal setelah adanya Festival Salak yang pertama, pada tahun 2017. Festival tersebut sengaja diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentag potensi buah salak.
Usai festival tersebut, Wulan mulai belajar membuat olahan salak pada salah satu ibu di desanya yang memang menekuni olahan salak.
"Setelah membuat kurma salak saya membuat madumongso salak. Alhamdulillah diterima di pasaran dengan sangat bagus, lalu saya mulai mengurus legalitas seperti P-IRT dan Sertifikat Halal, serta mulai bergabung dengan grup UMKM Galeri di Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro," kata Wulan menambahkan.
Saat ini, setiap hari Wulan bisa memproduksi sampai 20 kilogram salak. Wulan bersyukur usahanya mampu membantu para petani salak di desanya. Terlebih lagi saat harga salak anjlok atau kalau kualitas salaknya kurang bagus serta tidak manis.
Selain membuat kurma salak dan madumongso salak, saat ini Wulan juga membuat asinan salak. Menurutnya, asinan salak ini banyak peminatnya. Karena baru pertama kali ada di Bojonegoro,
"Ada minuman yang manis, pedes, asem, asin, dengan perpaduan buah." kata Wulan.
Bagi pembaca yang ingin mencicipi kue kering, asinan salak, atau olahan salak lainnya, bisa menghubungi Retno Wulandari di nomor telepon +62 822-3473-2868. (ver/imm)