Musim Penghujan
Peternak Unggas Harus Waspadai Penyakit Tetelo
Kamis, 03 Desember 2015 16:00 WIBOleh Mulyanto
Oleh Mulyanto
Kota - Musim hujan merupakan musim rentannya penyakit pada unggas. Berbagai bibit penyakit mudah berkembang dan bertambah aktif pada kondisi yang lembab. Di antara penyakit unggas yang rentan terjadi pada musim hujan adalah penyakit tetelo (newcastle disease).
Karena itu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro mengimbau kepada para peternak unggas, seperti ayam dan bebek, untuk dapat mengantisipasi ancaman penyakit tetelo pada musim hujan tahun ini.
Sekretaris Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Sony Soemarsono, mengatakan, memasuki musim hujan dan iklim pancaroba biasanya mengakibatkan kesehatan ternak unggas mengalami penurunan. Dengan kondisi demikian, ternak unggas mudah sekali terjangkit penyakit tetelo.
"Penyakit tetelo merupakan penyakit pada unggas besar yang mematikan," ujarnya kepada beritabojonegoro.com, Kamis (03/12).
Penyakit tetelo ini disebabkan serangan virus. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju, burung liar ataupun udara. Tetelo sangat menular, biasanya dalam tempo 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan yang luas.
"Para peternak harus bisa mengantisipasinya. Di antaranya, menjaga kandang tetap bersih. Kalau bisa ditanami pohon di samping kandang agar mendapatkan udara segar. Juga, kandang harus mendapat sinar matahari yang cukup dan ventilasi yang baik," jelas Soni.
Dia menambahkan, pencegahan lainnya mengingat penyakit ini sangat infeksius adalah memisahkan ayam yang dicurigai terinfeksi dan dapat menularkan penyakit tersebut. Selain itu peternak bisa memberikan vaksinasi lewat mulut atau suntikan kepada unggas yang sehat.
"Sejauh ini, belum ada pengobatan yang dapat diberikan, kecuali meningkatkan kekuatan dan kekebalan ternak unggas," tandasnya.
Dari hasil googling di Wikipedia, menyebutkan, penyakit tetelo disebabkan serangan virus NDV, yakni suatu virus RNA berkas tunggal dengan sekuens antisens negatif. Pertama kali virus ini diisolasi dari Newcastle Upon Tyne, Inggris, tahun 1926 oleh Doyle. Pada tahun yang sama, Kraneveld berhasil mengisolasi virus pada unggas dari Bogor.
Serangan pada ternak unggas, terutama ayam, gejala klinisnya dapat ditemui seperti nafsu makan berkurang, produksi menurun, kepala ada yang teleng, pada proventriculus ditemukan adanya bintik-bintik darah, mengorok, sayap turun lemas (terkulai), kaki terseret, dalam kondisi akut kepala ayam akan berputar-putar kemudian mati.
Pada unggas muda, serangan ini biasanya berakhir dengan kematian. Sedangkan pada unggas dewasa, kematian biasanya terjadi dua sampai tiga hari setelah gejala pertama kali terlihat. (mol/tap)
*) Foto pemberian vaksin pada ayam