Situs Perahu Kuno Buatan Tiongkok Rusak Berat
Selasa, 08 Desember 2015 09:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Trucuk - Perahu kuno yang diyakini buatan Tiongkok ditemukan warga Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro pada 2006 silam. Saat ditemukan, kondisi perahu itu utuh. Namun kondisinya sekarang berbalik, perahu hancur dan hanya terlihat kayu lapuk berserakan.
Tim dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan didampingi staf dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro meninjau ke lokasi perahu kuno kemarin. Namun, mereka terhenyak ketika melihat perahu yang dilaporkan oleh pihak Disbudpar itu kondisinya hancur tak lagi berbentuk perahu.
Menurut Kepala Seksi Keperpubakalaan dan Cagar Budaya Disbudpar Bojonegoro, Mudiono, perahu itu diangkat oleh warga dari Sungai Bengawan Solo. Warga kemudian menaruh di persawahan yang sudah dibangun khusus tempat perahu. Tak lama setelah diangkat ke darat, pihak keperpubakalaan Trowulan sempat melihat dan menyatakan, perahu itu memiliki nilai keperpubakalaan
. "Menurut warga yang ikut mengangkat perahu ini, di bagian badan perahu ada tulisan tahun 1612. Kemungkinan, perahu itu dibuat tahun itu. Waktu ditemukan kondisinya masih bagus," ujarnya.
Perahu kuno tersebut memiliki panjang badan sekitar 25 meter dan lebar 4 meter. Pihak Disbudpar menduga, perahu itu buatan warga Tiongkok yang diperuntukkan transportasi perdagangan pada masa lampau.
"Kalau temuan perahu di bengawan, perahu ini paling besar," kata Mudiono.
Rencananya, pihak Disbudpar akan membuat replika perahu itu pada tahun anggaran 2016. Anggaran yang disediakan sekitar Rp 50 juta. Namun, Mudiono mengaku masih kesulitan mencari bentuk perahu kuno karena dokumentasi foto yang ada di komputer Disbudpar telah dihapus semua.
Staf Subdit Kelestarian dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan, Reni Amelia mengaku kedatangannya ingin melihat perahu kuno itu. Sebelum datang, ia mendengar kondisi perahu tidak terawat.
"Sekarang kami datang sendiri, ternyata sudah seperti ini (hancur)" katanya.
Staf Penyelamatan dan Pengamanan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan, Pahadi menyebut, perahu kuno itu memiliki nilai budaya. Dari tahun yang tercantum di badan kapal bisa memberikan informasi, bahwa sekitar tahun itu perahu diproduksi dan setelah masa kerajaan Majapahit.
Sedangkan dari sisi budaya, umur perahu sudah si atas 50 tahun, tentunya sudah masuk kategori cagar budaya. Adanya perahu itu merupakan bukti ada hasil karya manusia di masanya. Sementara lokasi penemuannya di Bengawan Solo bukti ada teknologi transportasi air pada masa itu.
"Ini bukti masyarakat waktu itu sudah memanfaatkan kekayaan alam, sudah menggunakan besi dan ukiran. Ini menggabungkan teknologi dan seni," jelasnya. (ver/kik)