Sebelum Dibunuh, Marjo Sempat Meminta Anak-Anaknya Pulang
Sabtu, 12 Desember 2015 08:00 WIBOleh Khoirul Anam
Oleh Khoirul Anam
Balen – Perilaku Sunar (45), warga RT 09 RW 04 Dusun Kuniran, Desa Kedungdowo, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, memang tidak seperti orang yang sehat kejiwaannya. Kondisi mentalnya sering labil dan mudah marah.
Namun, tidak ada yang tahu persis bagaimana pemicunya sehingga dia tiba-tiba mengamuk dan melukai Marjo (90) dan Darmi (70), yang tak lain adalah paman dan bibinya sendiri. Bahkan, sang paman, Marjo, akhirnya meninggal karena mengalami luka parah akibat sabetan parang. Sedangkan, kondisi Darmi juga kritis dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
Menurut keterangan warga sekitar, Sunar sudah mengalami gangguan kejiwaan sekitar sepuluh tahun terakhir. Meski begitu, apabila dalam kondisi yang baik Sunar biasa bekerja di sawah atau menjadi kuli bangunan serta pekerjaan serabutan lainnya.
Namun, sejak dua pekan terakhir Sunar terlihat murung dan berdiam diri di rumah. Ia juga terlihat sering marah. Bahkan, sebelum mengamuk dan melukai paman dan bibinya, Sunar sempat akan membunuh ibu kandungnya, Paija (75). Namun, Paija lebih dulu meninggalkan rumah yang ditempatinya dengan Sunar.
“Ibunya bilang ke saya, Sunar akan membunuhnya. Kemudian, ibunya meninggalkan rumah,” ujar Kristini saat ditemui di rumahnya yang berada di sebelah kanan rumah Darmi.
Bukannya Sunar membunuh ibu kandungnya, tapi membunuh Marjo dan membantai Darmi. Marjo disabet parang di bagian leher belakang dan wajah sebelah kiri. Marjo tewas seketika, sedangkan Darmi disabet parang dan mengenai pergelangan tangan kiri. Kini, Darmi dirawat di RSUD Dr Sosodoro Djatikusumo, kondisinya masih kritis.
(baca juga berita: Mengamuk, Pria Gangguan Jiwa Bacok Pamannya Hingga Meninggal Dunia)
Kristini mengungkapkan, sebelum dibunuh, dua pekan lalu Marjo minta tolong kepadanya agar menghubungi empat anaknya yang ada di luar kota supaya pulang, ada yang di Kalimantan, Surabaya, Jatirogo, dan Karang Tengah-Jawa Tengah. Beberapa hari lalu, keempat anaknya pun pulang menjenguk Marjo.
“Anaknya yang di Kalimantan barusan kembali ke sana (Kalimantan), mungkin sekarang masih di kapal,” kata Kristini.
Pada saat Kristini dimintai tolong menghubungi anak-anak Marjo, lelaki yang usianya hampir satu abad tersebut juga merasakan akan meninggal dunia. Ia sempat berpesan kepada Kristini, ketika nanti meninggal, anak-anak dilarang bertengkar.
“Sawahnya disuruh jual uangnya dibagi rata. Rumahku ini rusak semua Kris, kalau hujan bocor , aku sedih,” tukas Kristini menirukan ucapan almarhum Marjo.
Sementara itu, para tetangga Marjo dan Darmi mengenal Sunar mengalami gangguan kejiwaan sejak muda. Sunar yang sehari-hari kadang bekerja mencari pasir di Sungai Bengawan Solo itu telah cerai dengan istrinya.
Kristini mengungkapkan, usai membunuh Marjo dan membantai Darmi, Kristini dan warga lainnya sempat melihat Sunar menancapkan linggis ke tubuhnya. Namun, linggis itu tak tembus ke tubuhnya. (nam/kik)
*) Foto jenazah Marjo saat dievakuasi polisi dari dalam rumahnya