Kemenag Tuban Gelar Rukyatul Hilal, Hasilnya Hilal Tidak Terlihat
Jumat, 01 April 2022 18:30 WIBOleh Ayu Fadillah SIKom
Tuban - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Tuban, pada Jumat (01/04/2022), melakukan pemantauan hilal di Menara Rukyatul Hilal Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, untuk menentukan 1 Ramadan 1443 Hijriah, dengan hasil hilal tidak terlihat.
Namun demikian, penetapan 1 Ramadan 1443 Hijriah masih menunggu hasil sidang Isbat dari Kementrian Agama Republik Indonesia.
Ketua Tim Pelaksana Rukyatul Hilal Kantor Kemenag Tuban, Mashari mengungkapkan, berdasarkan hasil hisab dengan berbagai macam sistem perhitungannya, secara astronomis informasi awal, bahwa ijtima' akhir Sya'ban 1443 H jatuh pada hari Jumat Pahing tanggal 1 April 2022 sekitar pukul 13:14 WIB.
"Sedangkan dilihat hilal sore hari ini pada saat terbenam matahari berada pada ketinggian 02 derajat 16 menit dan akan bertahan di atas ufuq selama 7 menit 17 detik. Namun demikian, hal ini tidak menjadi pertanda bahwa esok hari akan otomatis menjadi awal atau tanggal 1 Ramadan 1443 Hijriyah," Ucap Mashari.
Kantor Kemenag Kabupaten Tuban, saat melakukan pemantauan hilal di Menara Rukyatul Hilal Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Jumat (01/04/2022). (foto: dok istimewa)
Menurutnya, berdasarkan ketinggian hilal di kota-kota besar yang ada di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara 1.5 derajat sampai dengan 2.5 derajat. Dengan kata lain, hilal telah wujud di seluruh wilayah Indonesia.
"Ada beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan yaitu hasil hisab harus tetap dibuktikan dengan fakta di lapangan dengan hasil pemantauan rukyatul hilal, adakah yang berhasil melihat ataukah tidak," tutur Mashari.
Ia menjelaskan, hasil hisab awal Ramadan 1443 Hijriah secara astronomis belum memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Neo MABIMS yang mulai berlaku pada tahun 2022, yakni tinggi hilal minimal 03 derajat dan elongasi matahari-bulan minimal 6,4 derajat.
Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Tuban, Ahmad Munir menyampaikan jika tinggi hilal kurang dari 2 derajat maka penetapan awal tanggal bulan hijriyah pasti berbeda antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
"Karena Muhammadiyah menggunakan konsep rukyah bil 'ilmi (hisab) dengan konsep wujudul hilal, yaitu yang penting hilal sudah wujud, walaupun kurang dari 2 derajat sudah jatuh tanggal," tutur Ahmad Munir.
Munir juga mengungkapkan jika Pemerintah Indonesia menggunakan konsep NU, atau rukyah bil fi'li dengan konsep imkanurru'yah, yaitu posisi hilal bisa dikatakan jatuh tanggal kalau minimal sudah 2 derajat.
"Maka dari itu, jika posisi hilal di atas dua derajat pasti NU dan Muhammadiyah sama penanggalan hijriyahnya," tutur Munir.
Namun, jika sebaliknya di bawah 2 derajat pasti akan berbeda antara Muhammadiyah dan NU, meski hisab yang dilakukan juga rukyah, yaitu arti rukyah yaitu melihat dengan ilmu pengetahuan.
"Oleh karena itu, Muhammadiyah mengatakan rukyah bil 'ilmi, alasannya karena hukum alam itu punya sifat kepastian," kata dia.
Sebagai informasi, pelaksanaan rukyatul hilal awal Ramadan 1443 Hijriah diikuti oleh berbagai unsur lapisan masyarakat seperti MUI, Pengadilan Agama, Pemkab Tuban, Polres Tuban, Dandim Tuban, Forkopimca Senori, Tim BHR, BMKG Tuban, Majelis Tarjih Muhammadiyah, Lajnah Falakiyah NU, Pimpinan Pesantren, Kepala KUA, Penyuluh, DMI, dan beberapa mahasiswa, serta para pemerhati Ilmu Falah lainnya. (ayu/imm)
Reporter: Ayu Fadillah SIKom
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo