Warga Dapat Berkah Kepompong Ulat Jati
Selasa, 05 Januari 2016 12:00 WIBOleh Rizha Setyawan
Oleh Rizha Setyawan
Tuban – Selama dua pekan lalu jutaan ulat pohon jati turun ke jalanan dan masuk permukiman penduduk mencari tempat berdiam diri menuju fase kepompong atau entung. Saat ini kepompong atau entung ulat jati itu diburu oleh warga Tuban untuk dijadikan menu santapan di meja makan.
Untung, 44, warga Desa Betikharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, misalnya mengaku hadirnya ulat jati yang seringkali muncul pada saat memasuki musim hujan merupakan berkah. Sebab, kehadiran ulat pohon jati itu akan menjadi kepompong yang memberi nilai ekonomis atau menjadi sajian di meja makan.
Menurut Untung, kepompong ulat jati yang berwarna kuning kecokelatan itu bisa menambah pemasukan keluarga. Sebab, kepompong ulat jati itu setelah digoreng atau ditumis bisa dijual seharga Rp50.000 per kilogram. Namun, kata dia, keberadaan kepompong itu sendiri tidak begitu lama karena banyak warga yang memburunya.
“Kepompong ini adanya setahun sekali saat menjelang musim hujan. Bagi yang suka enthung ya dimakan, tapi kalau tidak suka, biasanya mereka memburu enthung lalu dijual,” ujar Untung.
Saat ini, banyak warga yang menjual kepompong tersebut. Ada yang menjual di pasar umum, ada pula yang memajangnya di depan rumah mereka. Sebagian besar kepompong yang dijual di pasar dibungkus plastik. Harganya tergantung besarnya bungkus plastik.
Menurut Rumini, istri Untung, sebelum memasak kepompong sebaiknya dicuci dulu. Sebagian besar warga Tuban menumis kepompong sebelum disajikan ke meja makan. Menurut Rumini, cara menumis tidak sulit, setelah dicuci beberapa menit kepompong digoreng. Sekitar tiga menit kemudian diberi bawang merah, bawang putih, lombok, garam, dan penyedap rasa, lalu ditumis.
“Oseng-oseng (tumis) enthung pun siap disajikan,” ujar Rumini.
Tetangga Untung bernama Mubarok mencoba rasa tumis kepompong buatan Rumini. Katanya, rasa tumis kepomping gurih seperti rasa tumis belalang. Ia menyarankan, bagi yang alergi tidak memakannya.
“Kalau tidak tawar (punya alergi) bisa menyebakan biduren (gatal di kulit),” ujarnya. (zha/kik)