Warga Taji Menerima Kedatangan Keluarga eks Gafatar
Kamis, 28 Januari 2016 10:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Tambakrejo - Kedatangan Sujarno, 34, bersama istrinya, Mariyatun, 30, dan dua buah hatinya, Nurul Fatimah, 8, dan Axel Raihan Diandra Putra yang masih berumur satu bulan, di kampung halamannya di Dusun Taji RT 23 RW 04, Desa Sukorejo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, diterima dengan tangan terbuka oleh warga dan pihak desa.
“Bagaimana pun pak Sujarno dan keluarganya itu adalah bagian dari warga kampung ini. Pihak desa dan masyarakat mau menerima kepulangan mereka,” ujar Ketua RT 23 RW 04, Dusun Taji, Desa Sukorejo, Mat Amin, 40.
Sujarno dan keluarganya merupakan salah satu keluarga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Kalimantan Barat ke kampung asalnya oleh pemerintah. Sujarno sempat tinggal kurang lebih empat bulan di Kalimantan Barat.
Menurut Mat Amin, mertua Sujarno yakni Sukri sudah menerima kedatangan menantu dan juga cucunya kembali pulang ke rumah. Begitu pula tetangga dan sanak kerabat di lingkungan kampung itu sudah menerima kepulangan Sujarno dan keluarganya. “Biarlah keluarga Sujarno menenangkan diri dulu, menyesuaikan lagi dengan lingkungan sini. Jangan sampai mereka dicemooh atau dicaci maki,” ungkapnya.
Menurut Kepala Desa Sukorejo, Ahmad Sobirin, kepulangan Sujarno dan keluarganya ke kampung asalnya diterima dengan baik oleh masyarakat dan pihak desa. Ia juga mengaku telah bermusyawarah dengan tokoh masyarakat dan juga pemuka agama di kampung. “Semua menerima kehadiran Pak Sujarno,”terangnya.
Ia menuturkan, pihak desa akan membantu agar anak sulung Sujarno yaitu Nurul Fatimah kembali ke sekolah SD Negeri 2 Sukorejo. Sebelumnya Nurul Fatimah duduk di kelas tiga. Namun, pada September 2015 lalu ia dipaksa keluar sekolah dan diajak merantau ke Kalimantan Barat.
“Sekolah Nurul Fatimah terbengkalai. Nah, kami akan secepatnya mengupayakan agar dia bisa kembali sekolah seperti sebelumnya,” ujarnya.
Begitu pula masalah administrasi kependudukan juga akan dikembalikan. Sujarno selama pindah ke Kalimantan Barat belum sempat mengurus surat kepindahan kependudukan sehingga ia dan keluarganya masih tercatat sebagai penduduk Desa Sukorejo.
Menurut Ahmad Shobirin, keluarga Sujarno sebenarnya di kampung dikenal cukup mampu. Mereka mempunyai tanah dan sawah yang cukup luas di kampung. Sawah itu ditanami jagung dan sudah dipanen. Sementara saat memasuki musim hujan ini lahan sawah milik Sukri, mertua Sujarno itu ditanami padi.
Sementara itu Sujarno mengaku untuk sementara ini ia dan keluarganya akan menyesuaikan kembali dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Ia mengaku belum mempunyai rencana ke depan. “Saya belum punya rencana apa-apa,” ujarnya.
Selama tinggal di Kalimantan Barat Sujarno mengaku menggarap lahan sawah gambut seluas 43 hektare. Lahan sawah itu ditanami buncis, kacang panjang, dan nanas. Tanaman yang dirawatnya itu sebenarnya kini telah memasuki masa panen.
Sujarno sebenarnya asli Saradan, Kabupaten Madiun. Selama tinggal di Dusun Taji, Desa Sukorejo, Bojonegoro, ia lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja di Surabaya. Kemudian, pada September 2015 ia dan istrinya memutuskan pindah ke Kalimantan Barat bergabung dengan Gafatar.
Sujarno dan istrinya Mariyatun tercatat sebagai pengurus Gafatar Bojonegoro 2015. Sujarno menjabat sebagai kepala bidang pendidikan, pemuda, dan olah raga pengurus Gafatar Bojonegoro tahun 2015. Sementara itu, Mariatun, menjabat kepala bidang peranan perempuan dan perlindungan anak merangkap kepala bidang kesehatan pengurus Gafatar Bojonegoro tahun 2015. (rul/kik)