Batik Jenogoro Harus Dipasarkan Secara Kreatif
Minggu, 31 Januari 2016 16:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kalitidu-Para perajin batik Jonegoroan dari berbagai desa di Kabupaten Bojonegoro, berkumpul di Cafe Kalindo, Kecamatan Kalitidu, pagi hari ini, Minggu (31/01), untuk merencanakan aksi menyikapi masifnya pemasaran batik dari luar.
Perajin batik batik asal desa Sendangharjo, Nur Afidhatul Muawanah, mengatakan hal itu dirasa memprihatinkan. "Batik Jonegoroan masih belum dianggap menarik oleh masyarakat Bojonegoro. Ini sangat memprihatinkan. Kami masih kalah bersaing harga. Harga batik kita mash terlalu mahal," kata dia.
Padahal, lanjut Fido, harga batik Jonegoroan terendah berkisar Rp 65 ribuan. Harga ini dilibas oleh batik-batik luar dengan harga hampir setengahnya. "Mereka mampu menurunkan ongkos produksi. Karena kuantitas mereka banyak," ungkap perwakilan Batik Training Center (BTC) tersebut.
Menurut Fido, sebetulnya bahan dan kualitas batik Jonegoroan tidak kalah dengan batik luar. Sayangnya, ungkap Fido, batik Jonegoroan masih belum menarik minat masyarakat Bojonegoro sendiri. "Seharusnya batik Jonegoroan menjadi kebanggaan kita bersama," keluhnya.
Melalui paguyuban perajin batik Jonegoroan, Fidho berharap bisa meningkatkan penjualan dan tren batik Jonegoroan menjadi ikon Bojonegoro.
Sementara itu, perwakilan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Ukay Subqy menilai bahwa batik Jonegoroan patut dibanggakan. "Saya melihat batik Jonegoroan ini sudah punya nilai pasar yang baik. Tinggal bagaimana caranya masyarakat tahu," ungkap dia saat hadir dalam acara tersebut.
Kata pria yang biasa disapa Malik itu, batik Jonegoroan sebagai bagian dari industri kreatif harus mempunyai cara kreatif dalam pemasarannya. Malik juga menekankan bahwa EMCL sudah mendukung batik jonegoroan sejak awal kemunculannya "Bersama LSM Ademos, program pengembangan batik ini kami dukung sebagai bagian dari komitmen EMCL dalam pengembangan ekonomi masyarakat," pungkasnya.
Sementara Ketua LSM Ademos, Muhamad Kundori, menjelaskan bahwa paguyuban perajin batik jonegoroan ini dibentuk agar pemasarannya lebih masif dan sistematis. "Setelah mendampingi mulai dari merintis usaha hingga produksi, kini kita ingin membawa mereka ke pasar," jelasnya.
Dia mengungkapkan, batik Jonegoroan harus mendapatkan dukungan regulasi dari pemerintah. "Dukungan seperti ini yang sedang kita dorong ke pemerintah Bojonegoro, melalui aksi ini," tukas dia. (rul/moha)