Warung Kopi Kotok Mak Ruk, Bertahan Hingga Generasi Ketiga
Selasa, 18 Agustus 2015 07:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Purwosari – Bagi para penikmat kopi tentu sudah mengenal kopi kotok. Ada yang bilang kopi kotok itu berasal dari Cepu, Blora, Jawa Tengah. Namun, ada yang bilang juga kopi kotok itu berasal dari Padangan dan Purwosari, Bojonegoro. Memang agak sulit menelusuri sejarah asal mula kopi kotok di Bojonegoro. Tetapi, tak usahlah mendebat asal mula kopi kotok itu dan akan lebih baik apabila mari menikmati saja kopi khas Bojonegoro itu.
Salah satu warung kopi kotok yang cukup terkenal di daerah barat Bojonegoro yaitu Kopi Kotok Mak Ruk. Warung kopi ini letaknya strategis yaitu di dekat pertigaan Tobo, tepatnya di Dusun Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari. Ada banyak deretan warung kopi di sebelah utara jalan raya Bojonegoro-Cepu ini.
Warung Kopi Mak Ruk ini letaknya juga berada dekat dengan Pasar Tobo Purwosari. Mulai pagi hingga malam warung kopi ini selalu dipenuhi pelanggannya. Tukang ojek, tukang becak, kuli angkut beras, pemuda pengangguran, sampai kiai biasa nongkrong di warung kopi ini. Mereka meramaikan khasanah perkopian. Pesan kopinya boleh hanya satu cingkir tapi nongkrongnya bisa berjam-jam.
Warung Kopi Mak Ruk ini berdiri sejak tahun 1980-an. Dulu yang membuka warung pertama kali adalah Mbah Gimin dan istrinya, Mbah Mi. Kemudian, dilanjutkan generasi kedua diteruskan oleh Rukmini atau biasa disapa Mak Ruk. Nah, Mak Ruk ini lalu jadi ikon warung kopi ini. Sekarang usaha warung ini dikelola oleh Mbak Erna, generasi ketiga, anaknya Mak Ruk. Warung Kopi Mak Ruk ini sudah jadi legenda.
Apa bedanya kopi kotok dengan kopi lainnya?. Kopi kotok punya ciri khas tersendiri. Yang membedakan adalah cara memasaknya yakni bubuk kopi langsung dimasukkan ke air mendidih yang digodok di ceret. Begitu pula gulanya dimasukkan lalu diaduk hingga mendidih. Aroma khas kopi yang mendidih akan tercium harum dan mencocok hidung. Setelah itu, kopi dituangkan ke cingkir. Kopinya terlihat kental dan baunya harum. Kalau ingin kopi pahit maka komposisinya bubuk satu sendok dan gula dua sendok.
Selain itu, rahasia nikmatnya kopi kotok juga dari bahan bakar yang dipakainya. Warung ini sejak dulu selalu memakai arang untuk menggodok air di ceret. Dengan begitu, bau kopi akan tercium harum. Berbeda dengan memasak memakai elpiji yang akan tercium bau gas.
Menurut Mbak Erna, pelanggannya kebanyakan adalah warga sekitar mulai pedagang, tukang ojek, tukang becak, karyawan proyek, sampai para kiai. “Mereka bisa betah berlama-lama ngobrol di warung ini sambil menyeruput kopi kotok,” ujarnya pada BBC, sapaan BeritaBojonegoro.com, Selasa (18/08).
Menurutnya, dulu di daerah Tobo ini belum terlalu banyak warung kopi. Tetapi belakangan banyak berdiri deretan warung kopi dan juga warung makan. Selain itu, juga banyak pertokoan yang didirikan oleh para pedagang. Setiap hari kawasan di sekitar Pasar Tobo Purwosari ini memang selalu ramai oleh para pedagang sayur-sayuran dan hasil bumi dari daerah Purwosari, Kasiman, Gayam, Padangan, dan sekitarnya.
Sementara itu menurut Adang, 48, pelanggan kopi di Warung Kopi Mak Ruk, sehari ia bisa ngopi sampai dua kali yaitu pagi hari dan sore hari. Sehari saja kalau tidak ngopi, kata dia, rasanya kepalanya pusing. “Kalau sudah ngopi di sini, rasanya pekerjaan seberat apa pun di depan mata terasa ringan,” ujar pemilik studio foto itu sambil tertawa lebar.
Menurut Adang, ia pernah mencoba berbagai macam kopi di Cepu dan Kalitidu. Ia pernah mencoba kopi yang dicampur dengan arang di Cepu. Tetapi, kata dia, setelah minum kopi itu perutnya jadi kembung. “Yang paling enak ya kopi kotok ini,” ujarnya sambil menyeruput kopi panas di lepek. (rul/kik)