Perajin Souvenir Kayu Jati Kasiman Terancam Hilang
Rabu, 19 Agustus 2015 08:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kasiman – Perajin souvenir limbah kayu jati di Dusun Bandar, Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, lambat laun terancam hilang. Sebab, selain kesulitan mendapatkan bahan baku berupa limbah bonggol kayu jati, mereka juga kesulitan mengembangkan pemasaran.
Menurut Maskun Adi Winarno, salah satu perajin yang mempunyai galeri UD Kondang Jati, kerajinan souvenir kayu jati di Dusun Bandar ini mulai dikenal sejak tahun 1990-an. Dulu, kata dia, perajin souvenir dan pengepul kerajinan ini sekitar 300 orang. Namun, karena sulitnya mendapatkan bahan baku kayu jati, kurangnya permodalan, dan pengembangan pemasaran akhirnya banyak perajin yang gulung tikar.
“Saat ini tinggal ada 200 perajin souvenir kayu jati ini yang masih bertahan,” ujar Maskun Adi Winarno sambil menghaluskan kerajinan toples kayu di galerinya, Rabu (19/08).
Menurut Maskun, bahan baku berupa bonggol dan limbah kayu jati biasanya didapatkan dari kawasan hutan di Kasiman, Kedewan, dan tempat penimbunan kayu milik Perhutani. Namun sekarang pohon kayu jati yang berumur tua banyak yang berkurang. Para perajin sempat berpikir untuk mengganti bahan baku dari kayu lain seperti mahoni tetapi ternyata tidak terlalu diminati pasar.
“Sebab, kayu jati itu sudah jadi ikon kerajinan di Bojonegoro,” ujarnya.
Soal pengembangan pemasaran, kata dia, selama ini pemesanan banyak berasal dari luar daerah seperti Jepara, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Selain itu, para perajin juga mempunyai galeri-galeri di depan rumah. Namun, banyak di antara galeri itu yang kini sepi dan kosong barangnya. Bangunan galeri dan produk kerajinan yang dipasang juga banyak yang kusam dan ditempeli debu.
Maskun berharap dengan adanya jembatan penghubung Padangan-Kasiman bisa menggeliatkan lagi usaha kerajinan souvenir di Dusun Bandar, Desa Batokan ini. Hampir setiap rumah di dekat jalan Dusun Bandar, Desa Batokan, penghuninya menjadi perajin kerajinan berbahan limbah kayu jati ini. Ada yang membuat kerajinan dari bahan mentah menjadi setengah jadi, ada yang mengerjakan penghalusan kerajinan itu, dan ada pula yang proses penyelesaian akhir.
Menurut As’ad, perajin yang mempunyai galeri UD Tijaroh Jati, selain mengirim produk kerajinan keluar daerah, ia juga mengandalkan penjualan produk melalui pengunjung yang datang di galerinya. Biasanya rata-rata dalam sehari ada 5-10 pengunjung yang datang ke galeri. Mereka kebanyakan karyawan proyek minyak dan gas yang sedang menempuh pendidikan di Cepu, Blora, Jawa Tengah.
Berbagai produk kerajinan kayu jati yang dipasang di galeri UD Tijaroh Jati itu di antaranya toples kayu jati seharga Rp37.500 per biji, tempat air minum kayu jati seharga Rp65.000/biji, tempat lampu kayu jati seharga Rp100.000, guci kayu jati seharga Rp75.000, sampai asbak kayu jati seharga Rp20.000/biji.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro, Amir Syahid, mengatakan, potensi kerajinan kayu jati di Dusun Bandar, Desa Batokan, Kecamatan Kasiman itu sebenarnya bisa dikembangkan menjadi objek wisata industri kreatif. Ke depan, kata dia, berbagai potensi kerajinan itu akan dipromosikan lebih gencar sehingga menarik minat wisatawan.
“Selain itu, kami juga akan mendorong agar perajin itu membuat produk-produk kerajinan yang menjadi ikon Bojonegoro. Mereka jangan asal membuat produk kerajinan, tetapi juga harus memikirkan bagaimana mengembangkan ikon produk kerajinan khas Bojonegoro seperti halnya batik jonegoroan,” ujarnya. (rul/kik)