Arus Mudik Lebaran, Jalan di Jalur Minyak Bojonegoro Rusak Berat
Kamis, 16 Juni 2016 10:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Kalitidu – Pemudik yang akan melintasi jalan raya Bojonegoro-Padangan perlu lebih berhati-hati saat berkendara. Sebab, jalan raya yang dikenal sebagai jalur minyak ini kondisinya di beberapa titik rusak berat, bergelombang, dan berlubang.
Kerusakan parah terjadi di jalan raya mulai Kalitidu hingga Padangan sepanjang kurang lebih 20 kilometer. Beberapa titik jalan sangat tidak nyaman dilalui mulai di kawasan Desa Brenggolo, Talok, Kecamatan Kalitidu, hingga di Desa Sudu, Ngraho, Kecamatan Gayam. Di kawasan ini banyak jalan bergelombang dan berlubang. Jalan yang berlubang itu kini terisi air hujan. Bila pengendara tidak berhati-hati maka pengendara akan mudah terperosok di lubang jalan itu dan terjatuh.
Kondisi jalan mulai di sekitar jembatan layang di Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, hingga di Padangan, juga banyak jalan bergelombang dan berlubang. Jalan di sisi tepi banyak yang menggelombang parah. Aspal jalan mengelupas dan meriyut. Kondisi jalan yang rusak itu sering menyebabkan terjadinya kecelakaan. Parahnya lagi, di titik-titik jalan yang rusak itu sarana penerangan jalan umumnya minim bahkan tidak ada.
Menurut Andi Satriyo, 28, warga Desa/Kecamatan Purwosari, jalan di jalur minyak ini kondisinya memang rusak parah. Ia mengaku heran karena di sekitar jalan raya itu dikenal sebagai penghasil migas nasional tetapi kondisi jalan rayanya rusak parah.
“Sangat tidak nyaman saat melewati jalan di jalur minyak itu,” ujarnya.
Ia menilai jalan itu rusak berat karena sering dilalui kendaraan berat proyek minyak. Namun, kata dia, setelah proyek itu selesai dan kondisi jalannya rusak kemudian tidak diperbaiki. “Kalau pun diperbaiki sifatnya hanya tambal sulam,” ujarnya, Kamis (16/06).
Beberapa titik jalan yang berlubang dan bergelombang memang kini diperbaiki. Namun, perbaikan itu hanya tambal sulam. Seperti tampak di jalan raya kawasan Desa Sudu, Kecamatan Gayam. Para pekerja tampal menambal jalan rusak dengan aspal curah dan koral.
Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengatakan, kondisi tanah di Bojonegoro memang teksturnya gerak. Untuk jalan nasional dan jalan provinsi memang yang paling baik adalah dibeton. Namun, kata dia, biaya untuk membangun jalan beton itu lebih mahal.
“Mulai dari Bojonegoro hingga Kalitidu jalan rayanya sudah dibeton. Nah, semestinya tahun ini pembangunan jalan beton itu dilanjutkan, tetapi ternyata belum dikerjakan,” ujarnya. (her/kik)