Potret Seni yang Miskin di Kota Kaya Minyak
Senin, 20 Juni 2016 10:00 WIBOleh Heryanto
Oleh Heryanto
Kota - Sejak sore hingga malam, seputaran wilayah Kota Bojonegoro turun hujan. Seharusnya di bulan Juni sudah mulai memasuki musim kemarau. Namun tahun ini yang terjadi di Kota Minyak itu adalah kemarau basah. Terjadi cuaca ekstrem dan masyarakat diimbau lebih waspada.
Di tengah guyuran hujan bulan Juni, kelompok pegiat pantomim sedang melangsungkan pementasan 'Malam Pantomim #5'. Mereka bertahan di bawah guyuran hujan. Pementasan dilakukan di halaman parkir Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Tidak ada gedung pertunjukan yang memadai untuk melakukan pementasan.
Ketua pelaksana Malam Pantomim #5, Mochammad Mustakim mengungkapkan, di tengah bertumbuhnya pembangunan yang ada di Bojonegoro, sebab melimpahnya hasil eksplorasi kekayaan alam minyak dan gas bumi (migas)nya, pemerintah seakan-akan melupakan pembangunan dalam bidang kesenian. Untuk menciptakan peristiwa seni, katanya, terpaksa harus mencari lokasi yang strategis.
"Sementara lokasi yang strategis untuk melakukan pementasan baik indoor maupun outdoor di Bojonegoro sendiri tidak ada yang sesuai," ujarnya.
Dia bercerita, sebelumnya komunitas-komunitas yang bergerak dibidang kesenian sudah pernah memiliki tempat yang digunakan sebagai pusat kesenian di Bojonegoro. Gedung tersebut merupakan milik Dinas Pendidikan yang sudah lama tidak dipakai. Kemudian, para seniman meminta izin tempat tersebut digunakan pusat kesenian.
"Dulu di Kantong Seni Perak semua peristiwa seni bisa digelar, mulai latihan rutin, maupun pementasan. Namun gedung tersebut sekarang diminta lagi oleh Diknas. Tidak adanya gedung kesenian ini juga mempengaruhi produktifitas berproses," terangnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sudah berjanji akan membangun gedung pertunjukan yang strategis di Bojonegoro. Namun, hingga kini belum ada perkembangan lebih lanjut. Lembaga seni yang ada di Bojonegoro sendiri belum banyak. Salah satu lembaga yang sekarang mewadahi beberapa seniman yakni Sayap Jendela Arts Laboratory.
"Teman-teman dari Sayap Jendela sebelumnya sudah pernah disuruh bikin denah gedung pertunjukan dan sudah disampaikan. Tapi sampai sekarang juga tidak ada tindak lanjutnya," pungkasnya. (her/kik)