Sisi Lain Naiknya Permukaan Sungai Bengawan Solo
Warga Mengais Rezeki Mengumpulkan Botol Bekas di Bendung Gerak
Selasa, 21 Juni 2016 07:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Kalitidu – Naiknya permukaan Sungai Bengawan Solo tidak selalu menjadi ancaman bencana bagi sebagian warga Bojonegoro. Seperti halnya warga di Desa Ngringirejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Naiknya permukaan sungai terpanjang di Pulau Jawa itu justru menjadi berkah bagi mereka. Sebab, mereka bisa mengais tumpukan sampah seperti botol minuman bekas, plastik, dan lainnya menjadi barang rongsokan yang bernilai rupiah. Selain itu, mereka juga bisa mengumpulkan ranting-ranting kayu menjadi kayu bakar.
Kasimin, 60, misalnya sejak dua hari ini sibuk mengumpulkan botol minuman dan sampah plastik yang mengumpul di sekitar Bendung Gerak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu. Ia dan beberapa warga lainnya mencari dan mengumpulkan botol minuman bekas yang menumpuk di sekitar bendungan. Ia hanya memakai alat berupa galah yang diujungnya diberi pengait untuk mengaitkan dan menyeret botol-botol bekas itu. Ia juga mengumpulkan kayu dan ranting kering yang menumpuk itu. Ia tarik ke atas bendungan tumpukan sampah yang dia anggap bernilai itu.
“Seharian saya bisa mengumpulkan botol bekas sampai satu karung. Saya lalu menjual botol minuman bekas itu ke pedagang rongsokan. Saya dapat sekitar Rp50.000 sampai Rp70.000 per hari,” ujarnya, Selasa (21/06).
Mengais rezeki dengan cara mengumpulkan botol bekas minuman di Bendung Gerak itu sebenarnya berbahaya. Sebab, air Bengawan Solo sedang penuh dan mengalir dengan deras. Apalagi, mereka tidak membawa perlengkapan keselamatan yang memadai seperti pelampung atau perahu karet. Namun, Kasimin mengaku sudah tiga tahun ini terbiasa mengais rezeki mengumpulkan botol plastik yang terseret air Bengawan Solo di Bendung Gerak.
“Pada saat seperti ini, saya lebih berhati-hati saja. Sebab, air Bengawan Solo memang sedang penuh,” ungkapnya.
Kasimin tidak sendirian. Istrinya, Laseni, 58, juga membantu mengumpulkan rongsokan yang menumpuk di sekitar Bendung Gerak itu. Mereka sejak pagi selepas subuh sudah berangkat ke Bendung Gerak. Kasimin bertugas menarik botol-botol bekas yang mengapung itu dengan galah, sementara Laseni mengumpulkan dan memasukkannya ke dalam karung. Sedangkan, kayu dan ranting yang dikumpulkan digunakan untuk memasak sehari-hari di rumah.
Berkat ketekunannya mengais rezeki mengumpulkan rongsokan itu, Kasimin dan Laseni bisa menyekolahkan ketiga anaknya. Anaknya yang pertama duduk di bangku SMA, anak kedua dan ketiga di bangku SMP.
Sungai Bengawan Solo memang sedang naik. Air Bengawan naik karena dapat kiriman air bah dari daerah hulu yakni dari Solo, Sragen, Madiun, dan Ngawi. Pada saat bersamaan di wilayah Bojonegoro dan Tuban juga terjadi hujan deras merata.
Sungai Bengawan Solo ketinggiannya sempat mencapai 13.05 peilschaal di atas permukaan air laut di papan duga dekat Pasar Besar Bojonegoro. Dengan demikian, status Sungai Bengawan Solo di wilayah Bojonegoro dinyatakan siaga satu. Namun, trennya air Bengawan Solo sejak sore kemarin stabil dan cenderung turun.
Naiknya permukaan Bengawan Solo belum sampai menggenangi permukiman warga. Namun, persawahan di Kalitidu dan Dander terlihat sudah tergenang banjir yang berasal dari sejumlah anak sungai Bengawan Solo. (her/kik)