Inilah 5 Penyaji Terbaik Festival Oklik 2016
Minggu, 26 Juni 2016 07:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Kota - Festival Oklik yang digelar pada Sabtu (25/06) malam kemarin, berjalan cukup meriah. Antusiasme masyarakat cukup tinggi serta penampilan peserta yang lebih bervariasi di banding tahun - tahun sebelumnya menjadi bukti kesuksesan acara. Tidak menunggu lama, usai seluruh peserta memasuki garis finish, 5 penyaji terbaik langsung diumumkan oleh panitia.
Dari sekitar 125 total peserta baik dari dalam maupun luar Bojonegoro, akhirnya dipilih 5 penyaji terbaik Festival Oklik Bojonegoro 2016. Kelima kelompok oklik yang beruntung itu adalah sebagai berikut:
No. 002 dari Alumni SDN Ledok Kulon II, No. 012 dari SMPN 2 Bojonegoro, No. 040 dari Satrio Mudo Kapas, No. 052 dari Setiyo Budoyo Kedung Soko Plumpang Tuban, dan No. 074 dari Bombai Ledok Wetan.
Kelimanya berhak mendapatkan hadiah menarik serta uang pembinaan dari panitia penyelenggara. Dari beberapa kriteria yang dinilai, mulai dari musikalisasi, ketertiban dan kerapian sampai cara penyajian atau suguhan, kelima peserta tersebut memperoleh skor yang paling tinggi.
Meski dibarengi dengan guyuran hujan sejak awal acara, festival oklik tersebut tetap mampu menarik antusiasme ribuan masyarakat yang ingin menyaksikan. Jalanan protokol Kota Ledre yang dilewati oleh para peserta penuh oleh penonton. Mereka memadati tepian jalan berjejalan, dari Jalan Mas Tumapel alun - alun hingga menjelang finish di Jalan Rajawali.
Menurut Lia (23) salah satu penonton asal Kecamatan Kapas penampilan peserta memang sedikit lebih bervariasi dibanding tahun lalu. Lagu-lagu yang dibawakan juga menarik, cukup beragam. Ada lagu islami, ada pula yang tidak.
“Mungkin lebih bagus kalau panitia menentukan lagu islami di momen Ramadan seperti ini,'' ujarnya.
Para peserta sendiri dalam penyajiannya tidak hanya monoton menggunakan alat tradisional. Ada pula yang menyuguhkan tarian tradisional sambil diiringi alat musik Oklik. Ada pula yang berpakaian adat jawa hingga cost play, kostum manga Jepang. Ada pula yang menggunakan alat musik modern tabuh semacam drumb.
Sementara itu, menurut Feri (18), penonton lainnya, festival oklik yang setiap tahun diadakan ini cukup menghibur masyarakat. Ia juga setuju jika hal ini untuk melestarikan budaya lokal agar tidak hilang.
''Harapannya terus ada dan lebih di kemas dengan baik agar kreativitas para peserta semakin bagus,'' tuturnya.(pin/moha)