Nyarah, Tradisi Memungut Sampah di Bengawan Solo saat Banjir
Jumat, 01 Juli 2016 09:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Kalitidu - Air Sungai Bengawan Solo berwarna kuning kecokelatan. Dari pintu Bendung Gerak airnya riuh bergelombang karena arusnya deras. Empat pintu air di Bendung Gerak yang menghubungkan Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu dengan Desa Padang, Kecamatan Trucuk dibuka.
Air yang berwarna kecokelatan itu disebabkan karena tinggi muka air (TMA) sedang naik. Air yang mengalir biasanya membawa sampah. Baik sampah plastik, kayu, maupun sampah sisa rumah tangga. Setelah surut sampah-sampah tersebut biasanya tersangkut di tepi sungai atau plengsengan.
Masyarakat di sekitar sungai terpanjang di Pulau Jawa, khususnya di sekitar Desa Ngringinrejo, maupun Padang biasanya memanfaatkan sampah ikutan air Bengawan Solo. Mereka memilah limbah kayu yang tersangkut di tepi sungai. Potongan-potongan kayu tersebut kemudian digunakan untuk memasak.
Tradisi mencari kayu di bibir sungai tersebut oleh warga sekitar dinamanakan nyarah. Tradisi nyarah sudah berlangsung sejak dulu dan turun temurun hingga sekarang. "Kalau air sungai habis naik pasti sisa kayu yang tersangkut di bibir sungai sudah menjadi rebutan warga," ungkap Mbah Satirah.
Nenek yang rumahnya tidak jauh dari Bendung Gerak itu bersama dengan dua orang warga mulai mencari potongan-potongan kayu. Tangannya satu persatu memilah kayu yang menyangkut di plengsengan bendung gerak. "Kebanyakan kayu pecahan bambu," terangnya.
Sementara, Yono, warga Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, mengungkapkan, warga sekitar sungai Bengawan Solo ini biasanya memulai nyarah sejak pagi setelah salat Subuh. Kayu yang terkumpul biasanya ditimbun dan dipakai sendiri untuk kebutuhan memasak.
"Setelah siang istirahat dan sore balik lagi sembari nunggu buka puasa," terangnya.
Ia mengaku selama mencari kayu harus tahan mencium bau busuk dari sampah yang terbawa arus tersebut. Sebab, selain kayu juga banyak sampah lain. Namun, bau tersebut sudah tidak dirasakan karena sudah menjadi kebiasaan. "Sudah biasa baunya. Yang belum biasa mendapat sampah berharga," pungkasnya, lalu mereka tertawa. (her/kik)