Rusak Di Sana Sini, Keelokan Bendung Gerak pun Pudar
Senin, 11 Juli 2016 10:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Kalitidu - Keelokan kawasan Bendung Gerak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, pudar setelah terjadi kerusakan bangunan di beberapa titik. Bangunan plengsengan ambrol. Begitu pula lantai selasar bendungan jebol dan ambrol membentuk cekungan di beberapa titik.
Tarik ulur. Itulah yang terjadi dalam pengelolaan Sungai Bengawan Solo, termasuk juga Bendung Gerak. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan pemerintah pusat, seolah lepas tangan ketika Bendung Gerak rusak. Jauh sebelum itu, kerusakan bantaran yang terjadi di Bengawan Solo juga selalu diabaikan.
Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengungkapkan, Bendung Gerak itu memang salah satu ikon Bojonegoro. Ia mengaku telah memeriksa kondisi kerusakan Bendung Gerak itu. Ia juga mengaku telah menyatakan kondisi darurat kondisi Bendung Gerak dan mengirimkan surat pada Balai Besar Bengawan Solo.
“Saya sudah mengirimkan surat kondisi darurat Bendung Gerak itu pada Balai Besar Bengawan Solo. Tetapi, sejauh ini memang belum dimulai perbaikan,” ujarnya.
Menurut Kang Yoto, sapaan Suyoto, upaya untuk merawat dan menjaga Sungai Bengawan Solo dan juga Bendung Gerak terus dilakukan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemkab Bojonegoro, kata dia, adalah dengan menggelar Festival Bengawan Solo setiap hari jadi Bojonegoro pada bulan September.
“Festival Bengawan Solo itu upaya merawat Sungai Bengawan Solo. Namun, ini tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga melibatkan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, upaya untuk menjaga dan merawat Sungai Bengawan Solo dan juga Bendung Gerak akan terus dilakukan. Salah satunya yakni dengan menertibkan dan menindak tegas para penambang pasir ilegal yakni penambang yang memakai mesin mekanik untuk mengeduk pasir di sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
“Penambang pasir mekanik tidak boleh lagi beroperasi. Kalau dibiarkan terus, nanti Sungai Bengawan Solo akan semakin rusak, begitu pula dengan bangunan jembatan dan bendungan akan terancam rusak pula,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro, Amir Sahid, Bendung Gerak memang menjadi salah satu objek wisata andalan. Namun, ia mengakui pengelolaan Bendung Gerak sebagai objek wisata belum maksimal.
Ia mengatakan, upaya untuk mengelola Bendung Gerak menjadi objek wisata harus melibatkan semua pihak, baik masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan juga pelaku usaha pariwisata.
“Memang semestinya di lokasi bendung gerak itu ada petugas yang berjaga. Selain itu, ada retribusi masuk. Dengan begitu, pengelolaan bendungan dari sisi kebersihan, keamanan, dan kenyamanan terjaga,” ujarnya. (her/kik)