Gula Pasir Tetap Mahal Meski Operasi Pasar Selama Sebulan
Selasa, 12 Juli 2016 21:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Kota - Sebelum bulan suci Ramadan hingga hari raya Idul Fitri 1437 Hijriyah, harga gula pasir mencapai Rp16.000 per kilogram di pasar tradisional. Bahkan di toko - toko harganya bisa mencapai Rp17.000 hingga Rp18.000 per kilogram. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur serta Kabupaten dan Bulog telah melakukan operasi pasar murah selama sebulan Ramadan untuk menekan harga. Namun hingga H+7 lebaran, harga gula pasir masih tinggi.
Dari pantauan beritabojonegoro.com (BBC), Selasa (12/07), sejumlah harga kebutuhan pokok di pasar tradisional masih stabil, tidak mengalami penurunan harga. Hanya cabai merah yang mengalami penurunan, saat ini di kisaran Rp30.000 per kilogramnya.
Harga tepung terigu Rp8.000 per kilogram, telur Rp18.000 per kilogram, minyak goreng curah Rp10.000 per kilogram, beras Rp8.600 hingga Rp. 11.000 per kilogram. Sementara itu bawang putih Rp29.000 per kilogramnya. Sedangkan harga bawang merah justru mengalami kenaikan di kisaran Rp34.000 per kilogram.
Masih mahalnya sejumlah harga kebutuhan pokok tersebut membuat Wiji (48) seorang pedagang makanan di sebuah warung mengeluh dengan kondisi tersebut. Pasalnya untuk membeli gula atau kebutuhan lain ia harus merogoh kocek yang cukup dalam.
“Untuk kebutuhan warung ya cukup terasa, mungkin untuk rumah tangga tidak begitu ya, harapannya bisa turun lah,'' ungkap Wiji.
Sementara itu, harga daging sapi sendiri juga masih tinggi, di kisaran Rp98.000. Dan harga daging ayam broiler Rp33.000, sedangkan untuk ayam kampung Rp53.000 per kilogram.
Harga gula sendiri sempat menyentuh Rp18.000 per kilogram pada saat sebelum diadakan operasi pasar. Sedangkan saat ini harga stabil di kisaran Rp16.000 per kilogram.
Endah, salah satu pedagang di pasar tradisional kota Bojonegoro mengatakan, harga gula pasir saat ini masih tinggi karena dipengaruhi oleh pasokan yang terbatas. Sebagai pedagang, Endah tidak mampu berbuat banyak karena saat membeli pun sudah mahal harganya.
''Pembeli ya ada yang mengeluh. Tapi pasokan sendiri sedikit. Oleh karena itu harganya masih mahal,'' terang Endah.(pin/moha)