Tradisi Dusdusan yang Masih Bertahan hingga Sekarang
Kamis, 14 Juli 2016 08:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Tuban - Sepekan setelah Lebaran Idul Fitri, ratusan warga Tuban berbondong-bondong melestarikan tradisi dusdusan yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dusdusan merupakan bahasa lokal Tuban yang memiliki arti mandi bersama di pantai.
Tradisi dusdusan selalu digelar tujuh hari setelah lebaran bertepatan dengan tradisi ketupatan. Tradisi itu diikuti warga dari pelbagai desa di Tuban, khususnya yang berdekatan dengan pesisir laut Tuban.
Tampak saat tradisi dilaksanakna, anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut serta. Tujuannya, mereka membersihkan diri dan diyakini bisa membuang sial. Di samping itu, warga bertemu dengan teman-temannya dan saling bermaafan.
Tanpa ada instruksi, ratusan warga memulai mandi bersama di pantai Gesikharjo, Kecamatan Palang. Mayoritas peserta didominasi anak-anak dan para gadis. Seperti tahun sebelumnya, tradisi itu dilakukan hingga pukul 10.00.
Anak-anak yang ikut mandi selalu disertai orang tuanya terlihat kegirangan. Mereka teriak-teriak sembari memercikkan air laut dan bermain ombak. Sebagian lainnya membawa ban dalam mobil untuk mengapung.
Sedangkan para gadis yang membawa ponsel mengabadikan momen itu bersama teman-temannya. Sesekali di antara mereka berfoto diri dengan kondisi tubuh dan pakaian basah kuyup.
Warga yang tidak bisa berenang dan sedang datang bulan memilih membuat gunungan dari pasir pantai sambil memandangi lautan lepas.
Keriuhan tradisi dusdusan menarik perhatian pengendara yang menggunakan mobil, tak sedikit di antara pengendara berhenti sejenak, sedangkan penumpang mobil mengabadikan momen tersebut menggunakan ponsel.
Gadis Desa Gesikharjo yang rumahnya dekat laut, Wahyu Fitrianingrum mengatakan, sehajk kecil, tradisi itu selalu diikutinya. Baginya, selain bisa bertemu dengan teman-temannya sekampung juga teman dari desa lain.
“Saya juga bisa bermain air dengan teman-teman, apalagi ini hanya dilakukan setahun sekali,” kata gadis berjilbab merah muda ini saat duduk di batu karang.
Keceriaan terpancar dari wajah gadis desa itu. Momen banyak orang mandi serta sentuhan cahaya matahari di air laut dimanfaatkannya untuk berfoto bersama teman-temannya.
Gadis lain, Ina Rosidah mengaku ikut mencebur ke air laut untuk membersihkan diri seperti yang diungkapkan para orang tua di desanya. Tujuannya, agar jasmani dan rohaninya suci dan dijauhkan dari penyakit.
“Saya ikut acara ini ya untuk mensucikan diri setelah lebaran,” ungkapnya. (her/kik)