Tersangka Kasus Pembunuhan Bocah SD di Tambakrejo Bojonegoro
Tidak Banyak Teman, Sering Bermain dengan Anak - Anak
Jumat, 22 Juli 2016 07:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Tambakrejo - Tersangka kasus pencabulan dan pembunuhan bocah umur 10 tahun asal Desa Pengkol Kecamatan Tambakrejo Bojonegoro dikenal pendiam dan sering bermain dengan anak-anak. Dengan korban sendiri ia masih kerabat dan sering bermain bersama.
Sungguh kejam, itulah ungkapan yang pantas terhadap apa yang dilakukan oleh pemuda berinisial AR (20). Ia tega mencabuli sepupunya sendiri, tidak berhenti sampai di situ ia bahkan menghabisi nyawa korban dengan kejam.
Keluarga korban tidak menyangka prilaku tersangka tega menghabisi nyawa Zahra (panggilan akrab korban, Cahya Amelia Zahra) yang masih duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar tersebut. Rumah tersangka dan korban saja hanya berjarak satu rumah yaitu milik neneknya.
Hubungan antara keluarga korban dan tersangka juga sangat baik, tersangka sering mengajak bermain korban semasa hidupnya. Namun entah pikiran apa yang merasuki pikiran AR saat itu hingga tega berbuat demikian.
"Namanya keluarga, kalau AR ingin makan lontong pas malam hari biasanya juga diajak ke warung oleh ayah Zahra," ujar Sholikah, ibu korban.
Tersangka sendiri sejak kecil termasuk anak yang bisa dibilang tertinggal dalam hal akademis. Pendidikan sekolah dasar ia tempuh dalam waktu 10 tahun, ia sering tidak naik kelas. Selanjutnya saat menginjak bangku SMP/MTS ia bersekolah di MTS Nurul Yakin Kecamatan Tambakrejo.
Menurut Mustofa salah satu mantan gurunya semasa MTS, tersangka AR semasa sekolah memang tergolong murid yang tidak cerdas. Ia juga tidak memiliki banyak teman cenderung pendiam.
"Kalau di MTS memang selalu naik kelas, anaknya susah kalau diajari mungkin sedikit terbelakang, tapi jarang sekali nakal anaknya pendiam," ujar mustofa.
Sementara itu orang tua tersangka Rebi (49) juga mengungkapkan hal yang sama. Sebagai orang tua ia mengaku selalu mendidik dengan baik anak semata wayangnya tersebut. Namun AR seringkali tidak mendengarkan apa kata orang tuanya. "Kalau disuruh apa-apa itu anaknya malas, diajari tidak mendengarkan," ungkap Rebi.
Saat hari Senin (18/07) lalu mengetahui bahwa tersangka pembunuhan Zahra adalah AR, anaknya sendiri, Rebi sangat terkejut dan hatinya sangat sedih. Ia sangat malu dengan saudaranya sendiri, perbuatan anaknya sampai seperti itu. "Pas mendengar pelakunya anak saya, deg rasanya, sedih sekali," tuturnya.
Dari keseharian tersangka yang seperti itu, para tetangga dan warga sekitar mengira AR memilki sedikit gangguan mental atau keterbelakangan. Sehari-hari dia tidak bermain dengan anak sebaya melainkan dengan anak kecil termasuk korban.
Divisi Advokasi Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Ummu Hanik menuturkan pendapat berbeda, saat dimintai keterangan di Mapolres Bojonegoro beberapa waktu lalu. Menurutnya, tersangka AR juga bisa dengan baik menjawab setiap pertanyaan.
Selain itu dari modus yang dilakukan oleh tersangka saat mencabuli dan membunuh korban hingga akhirnya menyembunyikan jasad korban, terlihat jika korban juga bisa melakukan hal tersebut dengan baik.
"Kalau bukan anak yang cerdas tentu tidak bisa melakukan modus semacam itu, bahkan ketika masyarakat mencari Zahra, ia juga berpura-pura ikut mencari seperti sudah ahli berbohong," jelas Ummu. (pin/kik)