Melihat Perajin Sapu Sepet di Semanding Bojonegoro
Minggu, 31 Juli 2016 07:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kota - Alat bersih-bersih berupa sapu yang kini kian ditinggalkan adalah sapu sepet. Perkakas berbahan baku kulit sabut buah kelapa itu telah makin tergerus oleh alat serupa yang berbahan baku lain. Seperti serabut aren, plastik atau vakum cleaner.
Di Desa Semanding, Kecamatan Kota Bojonegoro, terdapat satu wilayah yang banyak penduduknya membuat sapu dari sepet kelapa. Lokasinya terdapat di sebuah gang yang termasuk pada RT 02 RW 01. Ada sekitar 30 keluarga yang saban harinya memproduksi sapu sepet.
"Kalau dulu ada 70-an lebih. Tetapi kalau sekarang tersisa hanya sekitar 30-an," kata seorang perajin sapu sepet, Lasmirah (51), ketika ditemui beritabojonegoro.com (BBC), Sabtu (30/07) sore.
Keterampilan membuat sapu sepet, tambah Lasmirah, dilakukan keluarganya sejak 3 kali turun-temurun. Dahulunya bahkan belum sampai membuat sapu. Melainkan hanya membuat tali tampar yang biasanya dipergunakan untuk mengikat ternak, atau mengikat pakannya berupa rumput dan dedaunan.
Tiap sebuah sapu sepet, Lasmirah menjual dengan harga Rp1500. Sementara dalam seminggu dia bisa mengerjakan 250 hingga 350 buah sapu. Sapu-sapu tersebut diambil oleh penjual yang rata-rata dari Desa Prambatan, Kecamatan Balen. Beberapa diantaranya juga dijual ke luar pulau.
Sementara itu suami Lasmirah, Lamin, mengatakan bahwa kendala yang dihadapi adalah perihal bahan baku. Dulu Bojonegoro masih banyak terdapat pohon kelapa. Namun sekarang banyak yang diserang serangga kwawung dan mati. Saat ini dia hanya mengambil bahan baku dari pasar Banjarjo.
"Sekarang ini cari bahan baku agak susah. Sebab itu produksi juga agak berkurang," pungkas dia. (rul/moha)