Begini Nasib Bisnis Laundry di Musim Hujan
Rabu, 07 Desember 2016 21:00 WIBOleh Rischa Novian Indriyani
Oleh Rischa Novian Indriyani
Bojonegoro Kota – Intensitas hujan yang cukup tinggi di musim penghujan cenderung menjadi tidak bersahabat bagi pengusaha jasa cuci pakaian atau laundry. Seperti yang diungkapkan Tety Hendriyani (40), pemilik bisnis laundry di Jalan Teuku Umar Bojonegoro Kota, yang mengaku seringnya hujan membuat cucian jadi lama kering. Padahal bisnis yang dia jalankan mengandalkan panas sinar matahari.
Meski demikian, wanita yang berasal dari Desa Mojoranu Kecamatan Dander ini mengaku usaha laundry miliknya tetap berjalan lancar seperti biasanya. Hanya saja ada beberapa hambatan yang muncul, seperti lebih lamanya waktu mengeringkan cucian yang berdampak pada pengurangan layanan.
"Normalnya pakaian pelanggan diambil setelah 3 hari, tapi kini 4 hari baru bisa diambil. Jika biasanya banyak menerima cuci kilat satu hari bisa diambil, sedangkan terbatas. Dan saat musim kemarau bisa sampai tiga kali menjemur, kini hanya bisa satu kali saja," jelas Tety kepada beritabojonegoro.com (BBC), Rabu (07/12/2016).
Keadaan seperti itu, kata Tety, kalau ada panas. Sementara saat cuaca mendung atau tidak ada panas, terpaksa dia menjemur di dalam ruangan dan mengeringkan dengan bantuan kipas angin.
"Ya mau bagaimana lagi, dinikmati saja. Toh omset juga masih tetap stabil perharinya," katanya.
Berbeda dengan Tety yang omsetnya masih stabil, pemilik laundry di jalan Lettu Suyitno, Ma’rufah (38), mengaku omsetnya menurun.
Dia mengeluhkan jumlah pelanggan menurun disebabkan rumah usaha miliknya tidak bisa mengeringkan cucian secepat biasanya. Padahal pelanggannya kebanyakan adalah mahasiswa dan pelajar yang tinggal di kos-kosan yang butuh cepat untuk keperluan sekolah atau kampus. Meski dia memiliki layanan antar jemput, itu tidak berpengaruh.
"Banyak yang nggak mau kalau nggak bisa cepat. Cuaca tidak menentu, saya tidak bisa memastikan bisa kering kapan. Akhirnya banyak yang tidak mau," katanya.
Dalam sehari, normal omsetnya bisa sampai Rp 250-550 ribu. Namun saat sering hujan dan cuaca tidak menentu, omset perharinya tak lebih dari Rp 200 ribu. Kalau tidak ada panas sama sekali malah lebih parah.
Ma'rufah juga mengaku sering menerima komplain gara-gara cucian pelanggan telat kering dari waktu yang semestinya. "Sering itu saat seharian nggak ada panas," katanya. (rni/moha)