Bendung Gerak, Menampung Air Saat Musim Hujan
Selasa, 20 Desember 2016 11:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro – Bendung gerak yang membentang di Sungai Bengawan Solo yang menghubungkan Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, dengan Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro menjadi tempat menampung persediaan air pada saat musim hujan. Pada saat dibutuhkan pada musim kemarau, cadangan air bendung gerak itu bisa dimanfaatkan untuk pengairan pertanian. Bendung gerak juga menjadi ikon wisata.
Bentangan bendungan di sebelah barat panjangnya kurang lebih tujuh kilometer. Sementara, bentangan bendungan di sebelah timur sepanjang kurang lebih lima kilometer.
Bendung gerak itu mempunyai sembilan pintu air radial yang dapat dinaikkan atau diturunkan secara elektrik. Dua pintu air lebarnya kurang lebih 7,5 meter dan enam pintu air lainnya mempunyai lebar 15 meter. Panjang pintu air itu masing-masing 7,3 meter.
Sistem buka dan tutup pintu air di bendung gerak itu dikendalikan melalui panel kontrol jarak jauh yang berada di dekat bendungan. Petugas juga memantau kondisi debit air sungai di bendungan melalui
alat itu.
Dengan pintu air yang dapat digerakkan secara elektrik itu, maka debit air Sungai Bengawan Solo bisa diatur sesuai kebutuhan. Bendung gerak itu dapat mengatur kondisi debit air Sungai Bengawan Solo saat musim hujan maupun musim kemarau.
Bambang Nurhadi, konsultan proyek bendung gerak, mengatakan, bendung gerak itu akan banyak manfaatnya. Yaitu, bendung gerak itu dapat menyimpan cadangan air yang bisa dipakai untuk irigasi pertanian, air baku untuk kebutuhan industri, dan juga cadangan air minum.
“Bendung gerak itu akan menyimpan air saat musim hujan, dan cadangan air itu dapat digunakan saat musim kemarau,” ujarnya.
Bendung gerak itu dapat menampung cadangan air baku sebanyak 13 juta meter kubik. Sementara, luasan areal pertanian yang dapat dialiri dari bendung gerak itu sekitar 4.500 hektare yaitu meliputi Kecamatan Kalitidu, Trucuk, Purwosari, dan Ngraho.
Namun, air baku untuk kebutuhan industri dan air minum butuh pengembangan lebih lanjut. Sebab, kata Bambang, pengambilan air baku dan penyaluran dari bendungan ke lokasi industri membutuhkan sarana
lainnya.
Proyek bendung gerak itu juga dilengkapi dengan pembangunan jembatan sepanjang kurang lebih 504 meter dengan lebar 3,7 meter. Dengan begitu, jembatan itu sekaligus menjadi penghubung warga di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, dengan warga di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro.
Di dua sisi bendungan rencananya juga akan dibangun kawasan wisata dan perkemahan. Dengan begitu, bendung gerak itu juga akan menjadi salah satu potensi wisata yang menarik di Bojonegoro. Lokasi bendung gerak itu berdekatan dengan sentra perkebunan belimbing di Desa Ringinrejo, Kecamatan Kalitidu.
Menurut Bambang, setelah seluruh pengerjaan proyek bendung gerak itu selesai, selanjutnya operasional bendung gerak itu akan diserahkan pada Perum Jasa Tirta I Bojonegoro.
Proyek bendung gerak itu pembangunannya dimulai pada 5 Mei 2009 dan rampung pada Maret 2012. Proyek bendung gerak itu dikerjakan oleh PT Waskita Adhi Karya dan PT Barata. Sedangkan, konsultan bendung gerak itu dari Jepang. Bendung gerak itu pembangunannya menelan dana sebesar Rp351 miliar.
Namun sayang, beberapa bangunan bendung gerak itu kini mengalami kerusakan yakni bangunan plengsengan dan selasar. Bangunan yang rusak itu kini sedang dalam perbaikan. Selain itu, satu pintu radial bendung gerak juga mengalami kerusakan dan akan diperbaiki. (her/kik)