Banyak Temuan Fosil Binatang Laut, Selatan Bojonegoro Dulu Lautan
Senin, 02 Januari 2017 07:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro – Daerah selatan Kabupaten Bojonegoro berupa perbukitan dan pegunungan kapur. Di daerah selatan ini dulu diduga merupakan lautan. Hal itu terbukti dengan banyak temuan fosil binatang laut di daerah selatan Bojonegoro ini.
Salah satu komunitas arkeologi, Museum 13 yang ada di Kabupaten Bojongeoro mencoba menelusur ke daerah selatan Bojonegoro tersebut. Dari hasil penelusuran itu banyak ditemukan fosil jenis idakna atau fosil kerang yang paling tua. Fosil landak laut atau bulu babi (echinoidea) dan empat spesies fosil conus (mollusca).
Koordinator Museum 13, Harry Nugroho mengungkapkan, fosil hewan laut tersebut ditemukan di sekitar Gunung Bandungan, Desa Soko, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. Letak temuan tersebut menyebar di sekitar Goa Gondel. Temuan-temuan tersebut akhirnya diselamatkan untuk pendokumentasian salah satu sejarah Bojonegoro.
"Yang paling menarik adalah jenis temuan conus sudah mengkristal. Diduga itu karena saking tuanya," ujarnya.
Temuan fosil laut itu terletak di wilayah dataran tinggi di Bojonegoro. Fosil itu ditemukan terletak pada ketinggian 335 DPL. Diduga wilayah tersebut dulu sekitar 3.000 sampai 4.000 tahun silam merupakan wilayah dasar laut. Selain adanya temuan fosil laut, dugaan tersebut diperkuat dengan jenis formasi tanah di lokasi.
Menurut guru yang mengajar di SD Negeri 1 Panjunan, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro itu, formasi tanah di lokasi termasuk jenis lapisan tanah yang terbentuk dari lapisan/formasi sonde, dengan ciri batuan andesit dan batuan pasiran atau gampingan. "Sayangnya sudah banyak temuan yang hilang karena ulah kolekdol (istilah sendiri penjual fosil ilegal)," terangnya.
Komunitas Arkeologi yang aktif menjaga situs di Bojonegoro itu sering melakukan ekspedisi secara independen untuk menjaga sejarah yang membentuk Bojonegoro. Mereka menyimpan banyak benda cagar budaya dan temuan fosil yang disimpan di museum komunitas. Benda-benda sejarah tersebut sebagai bahan ajar terhadap anak-anak sekolah.
Ekspedisi atau mereka biasanya menyebut gladak itu dilakukan oleh berbagai kalangan yang memiliki kesadaran untuk menjaga sejarah Bojonegoro yang tidak terawat. Beberapa di antaranya Supangat yang merupakan pensiunan Kodim 0813, Suheri, guru di sekolah yang ada di Bojonegoro, Agung dan Rachmad Tri Sumitro.
Lokasi temuan fosil-fosil hewan laut dan fosil daun itu merupakan lahan milik Perhutani yang dijadikan sebagai lahan pertanian. Saat ini lahan tersebut sedang ditanami jagung. Lahan tersebut dikelola oleh petani sekitar hutan. Mereka melakukan gladak dengan menggunakan biaya sendiri. (her/kik)