Masjid Darussalam Bojonegoro
Saksi Bisu Gerilyawan Perang Jawa
Sabtu, 19 September 2015 16:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Masjid Darussalam Bojonegoro merupakan salah satu masjid yang memiliki sejarah panjang. Belum bisa diketahui pasti tahun berapa masjid tersebut dibangun.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Ali Indarto, salah satu takmir masjid, sejarah berdirinya Masjid Darusslam hanya dapat diketahui di kantor Gubernur Jawa tengah di Semarang. Sebab, dulu Bojonegoro ini masuk wilayah Karesidenan Rembang.
Kemudian Patih Pahal, petinggi saat itu mewakafkan tanah berikut makam Islam di belakang lokasi masjid seluas 4.470 meter persegi. Pembangunan fisik masjid dimulai tahun 1825 oleh masyarakat sekitar. Mereka rela menyumbangkan bahan-bahan pembangunan masjid.
Letak Masjid Darussalam yang dekat dengan aliran Sungai Bengawan Solo juga menjadi bukti bahwa dulunya masjid ini didirikan sebagai tempat beribadah para pedagang yang singgah. Dan, melakukan kegiatan di pasar Bojonegoro.
Selain itu, masjid ini juga menjadi saksi sisa-sisa gerilya pengikut Pangeran Diponegoro saat melawan penjajah. Dimana perjuangan melawan penjajah di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo begitu kental.
Setelah itu dilaksanakan beberapa renovasi mulai tahun 1925 oleh Kanjeng Soemantri, Bupati Bojonegoro saat itu. Beberapa urusan administrasi dan lembaga pendidikan mulai dibangun. Seperti kantor kenaiban dan madrasah ulum. Madrasah ulum untuk saat ini berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Bojonegoro.
Sampai renovasi yang ketujuh, bangunan utama tetap dipertahankan berikut empat pilar utama. Demikian itu dilakukan untuk mempertahankan nilai historis yang ada di Masjid Darusalam. (ver/tap)
*) Sumber foto twicsy.com